Chapter II - USU Institutional Repository

Transkript

Chapter II - USU Institutional Repository
BAB II
FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH
FUNGSIKAN LAHAN
2.1. Status Kepemilikan Lahan
Pemilik lahan yang ada di di kelurahan Tanjung Sari pada awalnya
adalah kebanyakan orang Karo karena memang sebelumnya juga kebanyakan
orang karo yang menempati atau yang tinggal di sekitar wilayah Tanjung Sari ini,
sebelumnya juga lahan yang ditempati mereka itu lahan mereka sendiri, lahan
yang dimiliki mereka itu adalah kebanyakan lahan pertanian mereka tinggal tidak
berjauhan dengan lahan pertanian yang mereka miliki dengan rumah yang mereka
tempati, lahan pertanian yang mereka olah sebelumnya semakin lama lahan yang
mereka miliki itu dijual ketika ada orang yang mau membeli.
Ketika adanya proses penjualan lahan kepada orang lain biasanya harus
ada bukti dan jaminan yang harus bisa dipertanggung jawabkanyaitu surat tentang
lahah tersebut, dengan adanya surat ketika menjual lahan tersebut, surat lahan
harus dimiliki kedua belah pihak, surat tersebut harus ada di tangan oleh penjual
lahan dan juga surat lahan harus ada di tangan pembeli lahan tersebut, baik itu si
penjual lahan juga si pembeli lahan dan surat ini nanti yang membuktikan bahwa
lahan tersebut memang ada buktinya atas pembelian lahan yang dibeli dari orang
yang punya lahan sebelumnya dan surat tersebut juga yang membuktikan bahwa
lahan tersebut memang sudah sah dimiliki oleh orang lain sesudah dijual, lain
halnya dengan
lahan yang
diberikan kepada orang lain atau lahan yang
disewakan kepada orang lain yang mau mengolah lahan pertanian mereka
tersebut, pemberian disini yang artinya dimana lahan yang diberikan kepada orang
lain tanpa adanya langsung pembayaran secara tunai dan surat lahan, yang artinya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disini lahan tersebut masih sah miliknya si pemilik lahan tersebut, hanya saja
lahan itu diberikan kepada orang lain hanya untuk sementara saja dalam arti lahan
tersebut disewakan kepada orang lain dan orang lain itu yang mengolah lahan
yang diberikan oleh pemilik lahan tersebut, si pemilik lahan memberikan
lahannya kepada orang yang mau mengolah lahan tersebut yang masih bertempat
tinggal di sekitar mereka tinggal atau bisa dibilang masih orang yang berada di
daerah tersebut atau di sekitar lingkungan mereka tinggal yaitu daerah kelurahan
Tanjung Sari. Jika lahan tersebut diolah seperti mengolah lahan pertanian yaitu
mengolah lahan sawah yang disewakan pemilik lahan dan kemudian jika lahan
pertanian tersebut diolah dan sekitar dalam setahun dua kali menghasilkan panen
maka hasilnya tersebut akan dibagi dua hasilnya, pembagian hasil yang dibagi dua
artinya sebagian untuk si pemilik lahan dan sebagian lagi untuk si pengolah
lahan tersebut.
Serta ada juga lahan yang dimiliki oleh si pemilik lahan tersebut ada
pembagiannya, seperti pembagian kepada keturunannya pembagian lahan yang
dimaksud adalah seperti pembagian kepada anak-anak atau keturunan jika
mempunyai keturunan dan hal ini memang wajib dilakukan apalagi mereka yang
mempunyai lahan tersebutyang sudah berumur dan tidak bisa lagi untuk mengolah
lahan tersebut atau sudah mulai tua, dan lahan tersebut akan dibagi-bagikan
kepada keturunannya yaitu pembagian kepada anak.
Seperti penuturan salah satu informan:
“Lahan yang saya punya yang dulunya lahan pertanian saya
memberikannya atau membagikannya kepada anak-anak saya dan
membagikannya kepada setiap anak baik itu yang sudah berumah tangga dan
juga yang belum berumah tangga, pokoknya semua harus dapat bagian dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lahan tersebut, terserah anak-anak sayan itu lahan mau diapain karena saya
sudah tua dan hanya tinggal duduk dan tidak ada kegiatan lagi, saya tinggal
tenang saja melihat anak-anak saya dalam mengolah lahan yang saya berikan
kepada mereka, itu teserah kepada mereka, yang peneting mereka dapat bagian
dari lahan tersebut, lahan saya berikan ada yang mereka jadikan rumah untuk
mereka tinggal atau dijual kepada orang lain, lahan yang saya berikan kepada
anak-anak tersebut supaya mereka tetap menjaga warisan dan tetap menjaga
lahan yang saya berikan, akan tetapi lahan yang saya berikan tersebut mudahmudahan bisa dijaga dengan baik”.
Seperti lahan yang dimiliki oleh satu keluarga yaitu keluarga ibu Sani
yang berumur 64 tahun dengan suaminya yang bernama Jery yang berumur 66
tahun, keluarga ibu ini sudah lama tinggal di Medan ini dan terutama sudah lama
tinggal di daerah Tanjung Sari ini, sudah dari kecil dan ibu ini memang lahirnya
di daerah kelurahan Tanjung Sari ini, dan ibu ini bertemu dengan Jerry di daerah
Tanjung Sari ini juga, begitu juga dengan bapak Jery yang kelahirannya juga di
daerah kelurahan Tanjung Sari tersebut, mereka menikah dan mempunyai dua
orang anak, kedua dari pasangan keluarga ini adalah perempuan, adapun namanama anak perempuan dari pasangan keluarga ini tersebut yaitu:

Tia umur 40 tahun

Susi 35 tahun
Kedua anak dari ibu Sani ini sudah menikah dan ibu Sani memberikan
pembagian lahan kepada kedua anaknya karena ibu Sani dan bapak Jery
memang berjanji dari dulu akan memberikan pembagian lahan tersebut kepada
kedua anak perempuannya, mengingat karena anaknya hanya dua itupun
perempuan, adapun pembagian lahan yang diberikan kepada kedua anak
perempuannya dengan pembagian lahan yang bisa dikatakan pembagian yang
sama rata, dimana kedua anaknya ini mendapat pembagian lahan secara rata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak ada perbedaan walaupun itu anak yang paling besar atau anak yang paling
kecil, seperti anak yang paling pertama yaitu yang bernama Tia, Tia adalah anak
pertama dari pasangan keluarga tersebut dimana Tia yang mendapat pembagian
lahan dari orang tuanya yaitu lahan sebanyak panjang 12 meter dan lebar 10
meter, lahan ini diberikan kepada ibu Sani kepada Tuti dalam keadaan atau
kondisi lahan yang masih lahan pertanian dan mengingat bahwa Tuti sudah
menikah dan akan pisah tempat tinggal dari orang tuanya dan akan mengikut
suami serta akan
satu rumah dengan suaminya karena sudah mempunyai
keluarga yang baru dengan suaminya dan akan hidupa dengan keluarga kecilnya,
maka keluarga yang memulai hidup baru itu akan membutuhkan yang namanya
lahan yataaupun tempat tinggal, jadi dengan pemberian lahan yang diberikan
oleh orang tuanya kepada Tuti inilah yang dijadikan mereka sebagai tempat
tinggal mereka, keluarga Tuti membangun dan mendirikan sebuah rumah
tersebut untuk mereka tempati dengan keluarga barunya, dan kebetulan lahan
yang diberikan ibu Sani ini kepada Tuti kebetulan berada di belakang orang
tuanya yaitu ibu Sani dan jarak rumah mereka tidak jauh dan lahan tersebut
sudah menjadi sah milik dari keluarga ibu Tuti dan keluarga barunya.
Begitu juga dengan anaknya yang kedua yaitu dengan Susi, Susi adalah
anak kedua dari pasangan ibu Sani dan bapak Jery, dimana Susi yang mendapat
bagian lahan dari orang tuanya sebelum dia menikah yaitu sebanyak panjang 10
meter dan lebarnya 8 meter, lahan pemberian ibunya tersebut masih dalam
kondisi lahan pertanian sama seperti kondisi lahan yang diberikan orang tuanya
kepada kakaknya tadi, dan lahan pertanian tersebut diubah menjadi suatu
bangunan atau dibangunnya sebuah rumah untuk ditempati dan juga sebuah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bangunan warung yang sederhana, dimana disini Susi yang sudah berumah
tanggga dan suaminya bernama Rudi yang berumur 37 tahun, suaminya tersebut
bekerja sebagai tukang becak, mereka sudah mempunyai satu orang anak yang
bernama Tasya, dimana anaknya ini masih berumur 5 tahun. Setiap harinya Susi
ini berjualan di depan rumahnya yaitu warung tersebut dimana di warung ini
Susi setiap harinya berjualan gorengan di warung ini, Susi melakukan hal yang
demikian yaitu untuk membantu kebutuhan keluarganya, mengingat suaminya
hanya bekerja sebagai tukang becak yang pendapatannnya masih kurang untuk
membutuhi kebutuhan mereka sehari-hari, dna kebetulan rumahnya Susi juga
saling berdekatan dengan kakaknya yaitu Tuti karena lahan yang diberikan
orang tua mereka itu adalah memang tidak jauh dari tempat tinggal orang
tuanaya, dimana tempat tinggal mereka saling berdekatan juga dengan tempat
tinggal orang tuanya sampai sekarang juga, dan mereka memang sering melihat
keadaan orang tua mereka setiap harinya karena kedua oranng tuanya tersebut
memang sudah tua dan perlu perhatian dari orang lain dan dengan berdekatannya
tempat tinggal orang tuanya ke tempat tinggal mereka, kedua anaknya inilah
yang sering memberikan perhatian kepada orang tuanya tersebut, karena setelah
pembagian lahan kepada kedua anaknya orang tuanya yang menyarankan kepada
kedua anaknya untuk mendirikan atau membangun rumahnya di lahan yang
diberikan kepada kedua anknya dan kedua anknya tersebut memang menuruti
perintah kedua orang tuanya. Kedua anaknya tersebut walaupun sudah
mempunyai keluarga baru dengan suami dan juga dengan anak mereka, mereka
tidak pernah lupa dengan orang tuanya dan mereka tetap memberikan kasih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sayang kepada kedua orang tua mereka tersebut dan mereka memang sangat
senang dengan dekatnya tempat tinggal mereka dengan kedua orang tuanya.
Pemberian pembagian lahan yang diberikan oleh ibu Sani kepada kedua
anaknya yaitu Tuti dan Susi karena ibu Sani memang berharap kedua anaknya
mendapatkan pembagian supaya adil berhubung karena mereka juga sudah
berumah tangga. Pemberian lahan kepada kedua anaknya tersebut sudah sah
sebagai milik mereka dan suratnya juga ada, jadi hak kepemilikan atas lahan
yang diberikan tadi itu sah menjadi milik mereka, pembagian lahan yang
dilakukan oleh keluarga ini adalah pemberiah hak waris akan lahan yang
dimiliki oleh keluarga tersebut. Jadi pemberian lahan tersebut menjadi hal yang
biasa nanti dilakukan kepada keturunan mereka, jadi lahan tersebut masih terus
diolah oleh keturunan keluarga, akan tetapi beda halnya dengan lahan yang
dijual kepada orang lain, jika lahan tersebut dijual kepada orang lain maka beda
halnya, lahan tersebut akan menjadi hak milik orang lain dan lahan tersebut akan
ganti nama atas nama hak milik orang yang membeli lahan tersebut.
Lahan yang dimiliki oleh setiap orang yang lahannya lumayan luas yang
ditanami padi lahan tersebut dijual kepada orang pendatang yang mau membeli
lahan yang ingin membangun rumah di lahan tersebut, si pembeli yang datang ke
daerah tersebut membeli lahan untuk membangun rumah, ataupun bangunan yang
lainnnya, seperti yang ada di daerah tersebut banyak bangunan didirikan terutama
dalam hal membuka usaha seperti membangun ruko-ruko yang ada di daerah Ring
Road, mereka membangun ruko-ruko juga membangun rumah tersebut untuk
mereka jadikan sebagai tempat tinggal dan ada juga pembeli lahan tersebut yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membeli lahan dan membuat beberapa bangunan, dan bangunan tersebut ada yang
disewakan kepada orang lain.
Jika pemilik lahan yang pada awalnya menjual lahan yang mereka punya
kepada pembeli lahan seperti pendatang dengan mengurus surat tentang lahan
yang diperjual belikan, akan tetapi ada juga masyarakat yang menjual lahan ayang
mereka punya kepada orang lain dari tangan ke tangan. Lahan yang telah mereka
perjual belikan baik yang sudah mengurus surat-surat tentang lahan maupun
penjualan lahan dari tangan ketangan itu sudah menjadi hal yang sudah biasa,
akan tetapi lahan yang sudah ada di tangan si pembeli itu sudah menjadi hak,
tidak ada lagi orang yang bisa mengganggu gugat tentang lahan yang sudah dibeli
dari si pemilik lahan yang awalnya menjual lahan tersebut kepada si pembeli.
Setiap lahan yang sudah dijual kepada orang lain dengan adanya suratsurat serta persetujuan dari kedua belah pihak, itu sudah sah menjadi hak milik
oleh si pembeli dan lahan yang telah dibeli tersebut dari si pemilik lahan pada
awalnya sudah menjadi hak mereka, jadi tidak ada lagi yang bisa mengganggu
gugat atas lahan yang sudah dibeli tersebut, begitu juga dengan lahan yang
diberikan atau yang dibagikan kepada anaknya itu sudah menjadi hak milik anak,
karena memang sah diberikan orang tuanya, dan surat akan lahan itu sudah ada
diberikan oleh orang tuanya, jadi terserah sianak lahan pertanian yang diberikan
orang tuanya kepada mereka tersebut mau diapain, baik itu dijual kepada orang
lain, dibuat menjadi suatu bangunan dan dijadikan sebagai tempat tinggal maupun
tempat untuk berbisnis, atau bisa juga masih tetap dipertahankan menjadi lahan
yang semula yaitu lahan pertanian dan masih tetap diolah oleh si anak, itu sudah
menjadi hak masing-masing sianak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.1 Lahan Pertanian
Lahan pertanian biasanya banyak ditanami tanaman yang bermacammacam seperti tanaman padi yang ada di kelurahan Tanjung Sari, lahan pertanian
adalah segala perbuatan ataupun tindakan yang diberikan kepada suatu lahan
untuk menjaga dan
mempertimbangkan
mempertinggi
kelestariannya.
produktifitas lahan tersebut
Tingkat
produktifitas
lahan
dengan
sangat
dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembagaan, sistem
pengolahan lahan serta pemilihan landcover (Djaenudin,2006). Pengelolaan lahan
sebagai suatau komponen pengelolaan tekhnologi pertanian diperlukan dalam
sistem pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah
kepada trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan
lingkungan seperti degragasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Adapun tujuan pengelolahan lahan yaitu:

Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal

Mendapatkan hasil yang optimal

Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan.
Lahan pertanian adalah lahan yang cocok untuk dijadikan untuk bercocok
tanam seperti padi, lahan yang digunakan dan yang cocok untuk pertanian adalah
lahan yang subur yang artinya bisa mendapatkan hasil panen yang lebih baik dan
hasil yang memuaskan bagi mereka yang mengolah lahan pertanian yang ada.
Lahan yang digunakan tersebut bisa dilakukan dalam berbagai macam tanaman
yang penting pertanian. Seperti yang ada di wilayah Tanjung Sari lahan
kebanyakan lahan pertanian, dan lahan yang ada di wilayah ini memang sangat
cocok untuk dijadikan lahan pertanian untuk kebutuhan dan sumber pangan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memadai bagi masyarakat luas terutama bagi masyarakat setempat,karena
kebanyakan mendapatkan hasil panen dari pengelolaan lahan pertanian yang
mereka miliki. Seiring dengan berjalannya waktu semakin berubah pula peran
lahan yang sudah ada dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.
Penuturan salah satu informan Tanjung Sari:
“Lahan pertanian yang kami tanami seperti sayur, padi dan yang lain-lainnya,
akan tetapi biasanya yang kami tanami itu adalah padi, itusudah dari dulu, dan
banyak juga kawan-kawan atau tetangga yang lainnya menanam padi di lahan
yang kami punnya.
Lahan pertanian yang kami olah selama bertahun-tahun memang hasilnya
lumayan memuaskan lah setiap kali mengambil hasil panennnya dan bisa
membutuhi kebutuhan kami sehari-hari, dengan keadaan terpaksa lama-lama
lahan yang kami tanami dulu padi sudah mulai punah karena banyaknya
penawaran dari pihak orang lain untuk membeli lahan pertanian kami, yang
dijadikan mereka untuk kegiatan lain juga ada lahan yang kami punya tersebut
menjadi bangunan seperti rumah dan rumah tersebut kami sewakan kepada orang
lain, sebenarnya lahan pertanian yang kami olah selama ini memang
menghasilkan yaang sangat memuaskan, akan tetapi dengan banyaknya
permintaan akan lahan yang ditawar oleh bergai pihak dari luar dan lahan
pertanian yang kami punya kami jual, secara perlahan-lahan.
Ada lahan pertanian yang kami miliki tersebut yang kami jual dan kami membeli
lahan pertnian lagi di luar daeranh ini, karena di daerah ini kalau masih tetap
saja diteruskan mengolah lahan pertanian yang ada hanya membuat rugi”.
Banyaknya perumahan-perumahan atau bangunan-bangunan yang dilakukan
oleh masyarakat tersebut yang mengelilingi beberapa lahan pertanian yang masih
tersisa dan yang ada di sekitar kelurahan Tanjung Sari yang di sekitarnya masih
ada lahan pertanian yang ditanami oleh padi akan tetapi lahan pertanian yang ada
hanya beberapa saja, karena lahan pertania yang sekarang ini di wilayah ini sudah
mulai jarang untuk dijumpai atau hanya tinggal sedikit yang diolah oleh sebagian
kecil masyarakat tersebut.
Pada lingkungan daerah perumahan-perumahan yang ada di lingkungan
tersebut terutama rumah yang paling pinggir- pinggir yang berada di wilayah ini
masih ada lahan seperti lahan kosong yang belum ditanami apa-apa dalam arti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lahan tersebut masih pasif yang artinya tidak diolah siapa- siapa, lahan tersebut
dibiarkan begitu saja, lahan itu hanya di dapat di daerah yang paling pinggir sekali
tempat warga tinggal atau di sekitar rumah warga yang paling ujung seperti
daerah pasar VI yang berada di belakang Ring road.
3.5. Lahan Non-Pertanian
Lahan pertanian dan lahan non-pertanian itu berbeda, perbedaannya yaitu
dimana lahan pertanian untuk mendapatkan hasil tani dari pertanian atau hasil
pengelolaan lahan pertanian tersebut. Lain halnya dengan lahan non-pertanian itu
dimana lahan tersebut dipakai untuk berbagai macam kegiatan manusia atau
aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri diluar aktivitas yang lahannya lahan
pertanian, seperti dibangunnya rumah untuk tempat tinggal, dibangunnya rukoruko untuk berbisnisatau bangunan lainnnya yang dibuat menjadi tempat kerja,
hal ini dilakukan oleh banyak masyarakat yaitu untuk kebutuhan yang terutama
untuk membutuhi kehidupan masyarakat yang semakin bertumbuh semakin pesat
terutama di wilayah perkotaan dan pada khususnya yang di wilayah kelurahan
Tanjung Sari yang sekarang lahan tersebut kebanyakan dijumpai lahan nonpertanian dan lahan pertanian dijumpai hanya beberapa saja atau tinggal sedikit,
itupun dijumpai hanya di tempat tertentu saja yang ada di kelurahan Tanjung Sari
tersebut.
Pertumbuhan penduduk dan banyaknya penduduk yang ada di kota khususnya
yang ada di wilaayah kelurahan Tanjung Sari membuat lahan pertanian tersebut
dijadikan multifungsi atau banyak fungsi, makanya terajadilah
lahan non-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertanian, ketika manusia semakin banyak terutama di perkotaan semakin banyak
permintaan akan lahan dan dunia nyatanya semakin banyak lahan yang dijadikan
untuk lahan non-pertanian yaitu
bangunan rumah untuk bertempat tinggal,
adanya bangunan-bangunan lain seperti bangunan ruko, yaitu yang dijadikan
masyarakat untuk berbisnis atau bangunan-bangunan lainnnya yang dijadikan
untuk tempat kerja.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan:
Lahan yang saya miliki yang sekarang ini beberapa tahun belakang ini, saya
membelinya dalam kondisi lahan pertanian dan lahan pertanian tersebut saya
buat menjadi rumah dan kost-kostan dan bangunan tersebut saya sewakan kepada
orang yang ingin menyewa.
Banyak pendatang yang datang ke wilayah ini lah, dan mereka itu tentunya
banyak tuch yang menyewa rumah saya, dan ada juga masyarakat yang langsung
membeli rumah untuk mereka yang berkeluarga dan orang yang hanya
mengontrak atau menewa kebanyakan anak-anak kuliah atau orang yang bekerja
yang datang dari luar kota”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2. Faktor Ekonomi
Pada faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang biasaanya yang selalu
dicapai dan dipenuhi oleh banyak masyarakat, terutama dan pilihan yang paling
utama adalah melakukan penjualan lahan dan mengalih fungsi lahan, seperti lahan
yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari, dan lahan
tersebut itu banyak untuk dijadikan sebagai salah satu yang bisa diandalkan atau
yang bisa diharapkan setiap orang untuk mendapatkan uang, itu bagi mereka yang
mempunyai lahan pertanian yang lumayan luas , akan tetapi ada juga masyarakat
yang memutuskan untuk menjual lahnnya tersebut walaupun tidak begitu banyak
atau tidak begitu banyak untuk mendapatkan uang, karena memang uang itu
sangat dibutuhkan terutama dalam faktor ekonomi baik itu untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam faktor ini banyak masyarakat yang melakukan
proses jual lahan kepada orang lain, karena adanya permintaan yang tinggi dari
ssektor non-pertanian dibandingkan oleh sektor pertanian, atau masyarakat yang
mempunyai kegiatan-kegiatan di kota tersebut, dan hasil dari pertanian juga relatif
rendah. Ada masyarakat yang berasal dari kalangan ekonomi yang rendah, dengan
adanya tawaran dari pihak luar atau orang lain untuk membeli lahan pertanian
yang mereka miliki tentunya akan tergoda untuk menjual lahan tersebut dengan
tawaran yang menjanjikan untuk mendapatkan uang dari si pembeli lahan
tersebut, secara bersamaan dan juga sejalan dengan desakan ekonomi untuk
kebutuhan keluarga, baik itu untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk
kebutuhan yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang
ada di lingkungan XII Tanjung Sari:
“Molo soadongbe hepeng tumagon nama jualon tano nami i tu halak na
naeng manuhor tano nami i, asa boi pakkeon hepeng na i tu haporluon na tu jabu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
on, apalagi kebutuhan sonarion asa boi mangan, apalagi adong muse tawaran
sian halak, piccan arga tano kan lumayan”.
“Kalau tidak ada lagi uang lebih baik menjual tanah kepada orang lain
yang mau membeli untuk keperluan rumah yang mendesak terutama untuk
kebutuhan makan,apalagi ada pula orang yang mau membeli lahan yang
harganya lumayan tinggi harganya kan lumayan”.
Salah satunya yaitu ada keluarga ibu Roida, ibu ini sudah berumur 60
tahun dan ibu ini berprofesi sebagai petani, dimana keluarga ini adalah salah satu
keluarga yang berada di kelurahan Tanjung Sari, tepatnya yang di jalan Ring
Road, keluarga ibu ini adalah termasuk keluarga yang sederhana suami dari ibu
ini berma Rahman Silalahi akan tetapi suami dari ibu ini sudah tiada lagi empat
tahun yang lalu, ibu ini hidup bersama keempat anaknya dan anaknya tersebut
sudah tiga tamat SMA, ibu ini dan keempat anaknya tinggal bersama dan rumah
yang mereka tempati tersebut adalah rumah mereka sendiri, itu adalah rumah
sepeninggalan suami ibu ini, rumah yang mereka tempati tersebut memang
sangat sederhana, akan tetapi mereka betah dan senang menempati rumah tersebut
karena rumah itu memang sangat berharga bagi ibi ini dan keempat anaknya.
Adapun nama anak-anak dari ibu Roida ini adalah:

Rio 27 tahun

Sandy 25 tahun

Tirta 23 Tahun

Sihar 17 Tahun
Keempat dari anak-anak ibu ini tetap tinggal bersamanya walaupun tidak ada lagi
suami ibu iniatau bapak dari keempat anaknya tersebut, akan tetapi keempat dari
anak-anak ibu ini masih tetap semangat untuk membantu ibunya yaitu dengan
bekerja di tempat lain untuk membantu membutuhi kebutuhan rumah mereka.
Keempat dari anak-anak ibu ini sudah tiga orang yang bekerja dengan modal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hanya tamatan SMA dan satu orang lagi masih bersekolah, ibu ini mempunyai
lahan pertanian sampai sekarang ini dan lahan tersebut masih diolah oleh ibu ini
sendiri, keempat anaknya memang jarang membantu ibu ini mengolah lahan
pertanian tersebut, ibu ini hanya mengolah sendiri, inilah kegiatan sehari-hari ibu
Roida tersebut, selain mengerjakan pekerjaan rumah dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang diikuti oleh ibu ini, baik itu ke pesta maupun kegiatan yang lainnya,
lahan yang dimiliki oleh ibu initidak terlalu luas hanya saja lahan tersebut
sebanyak 35 meter dan lebarnya 20 , seperti yang ditunjukan oleh ibu ini lahan
pertanian tersebut kebetulan tidak jauh dari tempat mereka tinggal, atau berada di
belakang rumah mereka.
Lahan yang dimiliki oleh ibu ini sebagian sudah ada yang dijual kepada orang
lain, lahan yang dijual kepada orang lain itu masih kondisi lahan pertanian,alasan
ibu ini menjual lahan pertanian tersebut kepada orang lain karena adanya desakan
untuk memenuhi kebutuhan pada keluarga pada masa-masa yang saat sulit dulu
dimana uang pada saat itu memang sangat dibutuhkan, oleh karena itu tidak ada
pilihan lain selain menjual lahan tersebut kepada orang lain dan uang tersebut bisa
digunakan keberbagai keperluan seperti kebutuhan untuk anak-anak ketika masih
bersekolah baik itu kebutuhan untuk pendidikan yang semakin lama semakin
mahal, kebutuhan akan keluarga yang pada saat itu sulit untuk mendapatkan uang.
Selain itu juga ada faktor yang bisa membuat ibu ini menjual lahan mereka
kepada orang lain dengan alasan untuk pendidikan anak dimana pada tiga tahun
yang lalu ketika anak-anaknya serentak masih sekolah semuanya banyak
membutuhkan biaya terutama untuk biaya sekolah, mengingat pekerjaan ibu ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hanya sebagai petani saja dan kurang untuk membuthi kebutuhan terutama
kebutuhan akan keperluan anak-anaknya.
Sampai sekarang juga masih ada salah satu anak ibu ini yang masih menuntut
ilmu yaitu anak keempatnya yang masih duduk di bangku SMA, dan tentunya
akan membutuhkan biaya yang cukup banyak, berhubung juga karena anaknya
yang paling bungsu atau anaknya yang paling kecil itu sekolah di slah satu
sekolah yang lumayan mahal biaya uang sekolah, ataupun biaya-biaya yang ada
sangkut pautnya dengan sekolah anak yang masih sekolah terutama karena
mereka ini adalah keluarga yang sederhana dan untuk mendapatkan uang setiap
harinya juga susah, ibu ini hanya mengolah lahan pertanian lah lahan dari
pembagian dari orang tua suami ibu ini, ibu ini mendapatkan hasil pertaniannya
hanya dua kali dalam satu tahun. Jadi ibu ini menjual lahannya sebagian dua tahun
yang lalu seluas 35 meter dan lebarnya 20 meter, lahan tersebut dijual kepada
orang pendatang, hal ini dilakukan oleh ibu ini karena memang keadaan terpaksa
mengingat kondisi keluarga pada saat itu memang sangat membutuhkan uang,
lahan tersebut dijual kepada orang ketika suaminya masih hidup dan laahn
tersebut dijual dengan persetujuan dari suami ibu ini.
Bagi mereka yang mempunyai anak yang masih dalam sekolah terutama bagi
mereka yang mempunyai beberapa anak terutama anaknya yang sudah dalam
belajar, sebagai mahasiswa terutama yang kuliah di swasta, biaya untuk modal
dalam pengembangan pekerjaan seperti membuat suatu tempat berdagang, dan
kebutuhan keluarga yang sangat mendesak, juga karena keadaan yang seperti
sekarang ini, dimana masyarakat yang lainnnya menggunakan lahan tersebut
menjadi lahan non-pertanian, dengan keadaan yang seperti sekarang ini tentu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masyarakat yang mempunyai lahan pertanian menjual lahan mereka dengan
keadaan terpaksa, mengingat dengan desakan dari tuntutan kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Seperti penuturan oleh ibu Roida:
“Tumagonma hugadis tanoi asalma marsikkola akka gelenghi
Asalma saut akka napinarsitta ni akka anakkoki, ai holan inama arta na
boi gadison asa boi mambiayai sikkola ni akka gelleng niba i, nijualanpe akka
arta i dang gabe masalah, boi do i muse paulakon ni akka gelleng nibai molo
dung gabe jolma haduan dah inanggg.... “.
“lebih baik tanah itu dijual untuk menyekolahkan anak-anak kami
Asalkan kesampaian cita-cita dari anak-anak kami itu, karena hanya
tanah yang kami punya itu satu-satunya yang bisa dijual untuk membiayai
sekolah anak-anak kami, dijualpun tidak jadi maslah buat kami orang tua ini,
bisanya itu nanti dibalikan oleh anak-anak kasmi itu kalau sudah sukses nantinya
”.
Penjualan lahan yang dimiliki oleh ibu ini juga karena adanya permintaan
dari masyarakat luar yang datang membeli lahan tersebut untuk diolah yang
artinya diolah ke dalam berbagai macam kegiatan untuk dijadikan menjadi lahan
non-pertanian pastinya. Pemilik lahan tersebut menjual lahannya dengan harga
yang mahal kepada orang yang membeli lahan tersebut, harga lahan dijual kepada
orang dengan harga yang berbeda-beda, pemilik lahan menjualnya melihat
orangnya juga, kalau masyarakat luar yang datang dan ingin membeli lahan
tersebut, mereka melakukan transaksi jual beli lahan dan si pemilik lahan
berkesempatan membuat harga lahan tersebut agak mahal. Lahan yang dijual
tersebut dijual masih lahan pertanian beberapa tahun yang lalu dan lahan tersebut
diolah dan ditimbun, serta dijadikan sebagai suatu bangunan baik itu rumah untuk
dijadikan tempat tinggal atau bangunan-bangunan yang lainnya. Seperti rumah
dan rumah yang dibangun itu hasilnya dibagi, atau “Bangun Bagi” dalam arti
misalnya lahan yang diolah yang dijadikan bangunan tadi dijadikan menjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
banguna rumah yang terdiri dari enam rumah jadi sewa rumah tersebut dibagi
kepada sipemilik lahan mendapatkan hasil sewa rumah dengan harga tiga sewa
rumah dan kepada si pembeli lahan tersebut mendapat hasil sewa dari sewa tiga
rumah.
Pemilik lahan yang menjual lahannya kepada orang lain karena mereka
sudah tidak ada waktu lagi untuk mengelolah lahan pertanian mereka tersebut,
karena ada kegiatan lain, juga kerena semakin banyaknya permintaan lahan untuk
dijadikan rumah, dan untuk bisnis jadi mereka menjualnya dengan harga sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan orang yang ingin membeli lahan mereka
tersebut, ada orang yang ingin membeli lahan mereka karena memang butuh
sekali untuk dijadikan sebagi tempat tinggal.
Masyarakat menjual lahan pertanian yang mereka miliki dengan alasan
yang kuat dan mereka berfikir jika lahan pertanian yang mereka miliki masih terus
dipertahankan untuk bertahan hidup sudah tidak mungkin lagi. Mereka merasa
bahwa menjual lahan yang mereka miliki akan mendapatkan hasil yang lebih
menguntungkan baik itu secara cepat maupun secara lambat, mereka menjual
lahannya atau menyewakan lahan yang mereka punya membuat cara mendapatkan
uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari lebih gampang dibandingkan
dengan mengolah lahan pertanian yang banyak proses untuk menunggu hasil
dengan menjual atau menyewakan lahan tidak terlalu ribet untuk mendapatkan
hasil hanya saja menunggu beberapa waktu, misalnya mendapatkan sewa dari
lahan yang mereka sewakan sekalian dalam satu bulan seperti dibangunnya satu
bangunan seperti bangunan rumah akan tetapi rumah itu dihuni oleh anak kostkostan dan juga dibangunnya beberapa ruko-ruko yang ada di daerah pinggiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jalan dan mereka sewakan kepada orang lain atau mereka yang melakukan bisnis
di tempat tersebut, dan setiap bulannya si pemilik bangunan tersebut akan
mendapatkan hasil sewa dari bangunan yang disewakannya kepada orang lain atau
ada juga yang mendapatkan hasil sewa hanya sekali dalam setahun dari orang
yang menyewa lahan yang mereka sewakan seperti danya orang yang menyewa
rumah dan akan memberikan sewa rumah tersebut hanya dalam sekali setahun.
Hasil penjualan lahan yang mereka jual kepada orang lain itu juga
digunakan untuk membangun atau memperbaiki rumah untuk disewakan atau
dikontrakan kepada orang lain, dimana kalau rumah yag ingin dikontrakan kepada
orang lain itu tidak
dalam keadaan yang baik tentunya orang yang ingin
mengontrak rumah tersebut tidak terlalu suka dan otomatis pelanggan kontrakan
akan berali kepada orang lain, untuk mengatasi hal ini tentu lahan yang dijual tadi
kepada orang lain akan dibuat untuk memperbaiki rumah yang ingin dikontrakan
kepada orang lain supaya mendapatkan hasil yang maksimal untuk kebutuhan
ekonomi keluarga.
2.2 Faktor Kependudukan
Berdasarkan data penduduk dari kantor keluraha Tanjung Sari Medan
diketahui bahwa penduduk di kelurahan ini berjumlah 37.431 jiwa,dengan
perincian laki-laki 19021+3 jiwa dan perempuan 1839+8 jiwa, ini berarti bahwa
semakin lama semakin bertambah penduduk di daerah ini, oleh karena semakin
banyaknya penduduk atau semakin bertambahnya penduduk di wilayah ini,
semakin banyak pula kebutuhan akan lahan yang dibutuhkan oleh penduduk
tersebut terutama lahan yang dijadikan untuk tempat tinggal dan semakin banyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pula lahan
pertanian yang terpakai untuk dijadikan ke lahan non-pertanian
mengingat di daerah ini banyak lahan pertanian.
Menurut masyarakat, lahan yang ada di Tanjung Sari itu dulunya adalah
kebanyakan lahan pertanian yang ditanami banyak padi dan diolah oleh
masyarakat yang ada di sekitar atau masyarakat lokal, akan tetapi dengan
berkembangnya populasi peradaban manusia penguasaan dan penggunaan lahan
mulai terusik yang artinya semakin berkembangnya manusia-manusia yang
membutuhkan banyak kebutuhan terutama kebutuhan akan lahan.
Lahan yang dulunya digunakan untuk bercocok tanam (lahan pertanian)
kini berangsur-angsur menjadi lahan yang multifungsi pemanfaatan yang artinya
lahan tersebut banyak fungsi atau banyak manfaat. Perubahan spesifik lahan
pertaniaan ke lahan non-pertanian dan kini dikenal dengan konversi lahan,
semakin lama semakin meningkat.
Seiring dengan berjalannya waktu semakin bertambahnya jumlah
penduduk yang sangat pesat di kota Medan maka semakin bertambah pula
permintaan terhadap lahan untuk digunakan masyarakat dalam berbagai kegiatan.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pemanfaatan lahan tersebut yaitu
meningkatanya permintaan lahan dalam membangun perumahan, jasa, industri
dan penggunaan yang lainnnya.
Seperti penuturan salah satu informan di Kelurahan Tanjung Sari:
“Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan ke daerah ini,
entah dari mana-mana sajamereka berdatangan dan wilayah ini juga semakin
sempit karena banyaknya penduduk yang membangun bangunan untuk dijadikan
tempat tinggal di daerah ini, lihat saja seperti yang sekarang ini banyak
bangunan- bangunan yang berderet atau berbaris, lihat tuch apalagi di daerah
sana yang banyak dibangun bangunan entah apa-apa saja, banyak bangunan
yang ada dan banyak orang yang melakukan hal itu, antara yang satu dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang lainnya dan banyak yang membangun rumah-rumah baru atau bangunanbanguan yang lainnnya”.
Selain itu juga pemanfaatan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian
dalam hal untuk kawasan perdagangan, kawasan industri dan kawasan yang
lainnnya, peralihan fungsi lahan yang dilakukan masyarakat tersebut lebih identik
dengan dari lahan pertanian sawah. Hal ini dapat dipahami karena pemilihan lahan
tersebut karena dekat dengan penggunaan jasa yang dekat di perkotaan. Lokasi
yang dulunya didominasi atau digunakan akan mati karena untuk sekarang ini
lahan yang digunakan lebih banyak dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dalam
aktivitas-aktivitas mereka. Mendapatkan lahan tersebut akan lebih mudah karena
lahan tersebut memang berada di perkotaan, dan proses kegiatan masyarakat juga
akan lebih mudah, karena sudah ada jalan, telepon dan yang lain-lainnnya.
Seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak pula peralihan lahan untuk
kegiatan manusia atau kegiatan masyarakat dengan brbagai aktivitas-aktivitas,
oleh karena itu tentu lahan pertanian atau lahan sawah semakin lama semakin
sedikit, jadi lahan sawah semakin dijepit oleh banyak bangunan-bangunan, seperti
bangunan rumah, ruko dan bangunan yang lainnya. Semakin banyaknya alih
fungsi lahan tersebut semakin terapit pula lahan sawah yang tinggal sedikit dan
akan mengakibatkan sawah tersebut akan sulit untuk mendapatkan air, tenaga
kerja dan bahan produksi untuk sawah mereka tersebut.
Seperti penuturan salah satu informan:
“Seperti yang sekarang inilah semakin banyak penduduk seperti sekarang dan
banyak yang melakukan alih fungsi lahan, yah.....tentunya saya juga ikut karena
kasihan lahan pertanian saya yang banyak diapit banyak rumah dan susah untuk
berkembang dan hasilnya juga tidak seperti hasil yang dulu atau tidak
memungkinkan lagi bisa diharapkan dibandingkan yang hasil pertanian dulu
ketika saya masih bertani nak.....”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Petani yang memiliki lahan sawah tersebut, yang sawah mereka telah
diapit oleh rumah-rumah atau bangunan-bangunan lainnya, dengan adanya
kesulitan yang mereka alami dalam mengolah lahan sawah mereka dengan
keadaan dimana banyak bangunan-bangunan yang berada di sekeliling sawah
yang mereka miliki, mereka dengan terpaksa menjual lahan sawah tersebut kepada
orang lain baik itu masyarakat lokal ataupun masyarakat pendatang.
Semakin banyaknya pendatang ke kota Medan dan banyaknya kebutuhan
yang diperlukan dalam hidup atau beraktvitas, banyak lahan yang diperlukan
dalam arti permintaan akan lahan akan semakin banyak, baik itu dalam
membangun tempat tinggal, tempat untuk berbisnis dan yang lainnya.
Semakin pesatnya pendatang ke dalam kota, seperti daerah yang dipenuhi
penduduk yang ada di pinggiran kota seperti Tanjung Sari, pendatang banyak
yang memilih untuk tinggal di daerah pinggiran kota tersebut dengan banyak
alasan-alasan. Pendatang yang memenuhi tempat tersebut datang dari banyak
kalangan atau dari berbagai daerah dan ada juga yang pindah dari sekitar kota
Medan itu juga, mereka pindah ke tempat tersebut untuk memulai rumah tangga
baru, mereka memilih tinggal ditempat tersebut seperti pilihan karena pindah
untuk mencari kerja, pindah untuk menuntut ilmu dan yang lain-lainnya,sehingga
wilayah tersebut semakin lama semakin padat, sehingga membuat lahan-lahan
banyak yang dialih fungsikan dengan adanya kebutuhan dan permintaan manusia
tersebut.
Hampir di berbagi daerah yang ada di seluruh kota Medan pada saat sekarang ini
semakin lama semakin banyak penduduknya, baik itu penduduk yang
ada
gdatang dari luar kota maupun pindah dari dalam kota Medan itu sendiri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.1. Masuknya Pendatang
Kota umumnya mempunyai daya tarik yang kuat dalam hal menjanjikan
tersediannya lapangan kerja yang luas, pendapatan yang lebih tinggi dan berbagai
kemudahan yang lainnya, misalnya pelayanan pendidikan,kesehatan dan rekreasi
sehingga menarik arus urbanisasi yang tinggi, makanya semakin lama semakin
banyak orang yang tertarik untuk bertempat tinggal di wilayah Tanjung Sari ini.
Penduduk kelurahan Tanjung Sari ini dulunya ditempati oleh masyarakat
yang suku Karo, sebelum lahan diolah menjadi lahan non-pertanian, dan tentunya
lahan tersebut dalam arti masih kebanyakan lahan pertanian yang diolah oleh
masyarakat tersebut.
Akan tetapi, dihitung dari tahun ketahun dengan semakin banyaknya
penduduk pendatang ke tempat ini, banyak pendatang dari kalangan suku,
diantaranya suku Karo, suku Batak Toba, India, Melayu, Padang dan Aceh,
mereka datang ke tempat ini dengan berbagai tujuan dan maksud masing-masing
orang. Ada orang yang memang benar-benar pindah dan membeli lahan pertanian
tersebut untuk dijadikan menjadi rumah, dan menjadi bangunan-bangunan lainnya
sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.
Selain itu juga masyarakat pendatang membeli lahan tersebut yaitu lahan
pertanian dan lahan pertanian tersebut diolah sementara, dan dengan semakin
maraknya peralihan fungsi lahan yang dilakukan masyarakat pendatang dan
masyarakat lokal, otomatis mereka juga membuat lahan pertanian yang dibeli tadi
menjadi lahan non-pertanian,dimana banyak yang ingin mendapatkan hal- hal
yang ingin mereka capai. Semakin banyaknya penduduk atau semakin padatnya
keberadaan suatu tempat tinggal
terutama di wilayah perkotaan itu karena
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
banyaknya pendatang atau yang pindah ke wilayah tersebut, seperti daerah
pinggiran kota yang ada di Kelurahan Tanjung Sari, dimana beberapa tahun
belakangan ini semakin banyak pendatang yang pindah maupun yang datang
hanya untuk beberapa saat saja ke wilayah pinggiran kota ini dengan adanya
banyak maksud dan tujuan dari masing-masing orang alasan mereka pindah ke
wilayah ini.
Adanya pertambahan jumlah pendatang dari berbagai kalangan yang
berbeda-beda suku atau yang berbeda-beda latar belakang itu tidak menjadi
masalah karena di daerah kota memang antara yang satu dengan yang lainnya
selau dijuluki dengan saling cuek memang begitulah kehidupan di kota termasuk
masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari tersebut, mereka datang dari
berbagai tempat baik itu yang datang dari luar kota maupun yang datang dari
dalam kota itu sendiri, masyarakat yang datang ke tempat ini ada yang datang dari
luar kota maksudnya di luar kota Medan, dan yang datang dari dalam kota Medan
itu sendiri juga hanya saja berpindah daerah saja, mereka berpindah tempat
tinggal dan memilih untuk tetap tinggal di wilayah Tanjung Sari tersebut dengan
keinginan atau kemauan tersendiri dalam memilih daerah ini untuk dijadikan
sebagai tempat tinggal dan ada juga mereka yang datang ke daerah ini yang
mengikuti keluarga yang memang pindah ke wilayah ini, mereka pindah dari
berbagai daerah yang masih di kawasan kota Medan, ada yang pindah dari Padang
Bulan, ada yang pindah dari daerah Mandala dan dari daerah yang lainnya yang
masih berada di kawasan diatau yang masih berada di dalam kota Medan.
Seperti penuturan salah satu informan:
“Au nunga sapuluh taon naung tinggal di daerah on, napindah do au sian
Mandala alana suamiku nahinan pangidoanna ikkon tinggal dison hami,alai au
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
manuhor jabuon sapittuma, au manuhor jabuon sian halak Karo,argani jabuon
hutohor dang pola arga nian dibandingkon sonari alai dabah au nunga mabalu
dua minggu naung lewat. Au dison sambil mambuka warungma di jolo jabuon,
tarhilala daripada somarhua do iba,alana nga matua iba kan asa adong lalaplalap di jabu”.
“Saya udah lebih dari sepuluh tahun tinggal di tempat ini, saya pindah
dari daerah Mandala karena suamiki yang dulu yang minta kami pindah ke sini
,karena saya membeli rumah disini satu pintu, saya membelinya dari orang Karo,
harga rumah yang saya beli dulu tidak terlalu mahal dibandingkan harga yang
sekarang ini , saya disini membuka satu warung di depan rumah, berhubung
karena saya sudah berumur supaya ada aja kesibukan supaya tidak bosan”.
Salah satu pendatang yang memasuki daerah Tanjung Sari ini adalah ibu
Bina Tambunan yang umurnya 65 tahun, ibu ini pindah ke daerah ini sekitar
sepuluh tahun yang lalu, ibu ini pindah ke daerah ini bersama suaminya yang
bernama Jito Pasaribu 67 tahun dan bersama kedua anaknya, akan tetapi suaminya
ibu ini sudah tiada satu bulan yang lalu suaminya meninggal karena sakit, dan ibu
ini masih dalam keadaan sedih dalam menceritakan kepergian suaminya tersebut
ibu ini mempunyai dua orang anak kedua anaknya tersebut adalah laki-laki
adapun nama kedua anaknya yaitu Kalvin Pasaribu dan Dion Pasaribu dimana
kedua anaknya sudah menikah dan kedua ankanya tersebut bertempat tinggal di
luar kota Medan. Kedua anaknya datang melihat keadaan ibu ini paling sekali
dalam satu tahun, kedua anaknya tersebut bergantian melihat keadaan ibu ini. Ibu
ini sekarang tinggal sendiri di rumahnya dan dalam mengurus rumah juga ibu ini,
baik itu mau mencuci, memasak maupun kegiatan yang lainnya, setiap hari ibu ini
menghabiskan hari-harinya di rumahnya saja dan membuka sebuah warung pas
di depan rumahnya, warung tersebut masih sederhana dan kecil, dan jualan ibu ini
juga masih terbats tidak terlalu banyak, warung ini didirikan di depan rumahnya
untuk dijadikan sebagai kesibukan sehari-hari supaya ada kegiatan dan kebetulan
ibu ini memang orangnya pembosan apalagi tidak ada kegiatan dan ibu ini paling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak bisa diam saja tanpa adanya kegiatan dan kondisi kesehatan ibu ini juga
masih bisa dikatakan masih sehat melihat dari umurnya yang sudah lumayan tua
Seperti penuturan Ibu Bina berikut ini.
“ Daripada bosan au dijabu holanna hundul, tumagonma hubaen sada
warung asa adong lalap-lalap niba di jabu, alana dang boi au holanna hundul
torus-torus, parbosan hian do au, ianungpe saotik tiga-tiga hu dang pola bohai
alana setiap ari sai adongdo panuhor ro, kan lumayan do i da asa adong
pemasukan, unang holan na sai manjalo i iba sian gelleng niba, alana gelleng
nibape dao do sian iba muse”.
“ Daripada saya bosan dirumah hanya duduk-duduk saja, lebih baik saya
buka sebuah warung untuk menjadi kesibukan saya setiap harinya, karena setiap
hari saya bosan kalau hanya duduk-duduk saja karena saya juga orangnya
pembosan, walaupun jualan saya sedikit itu tidak jadi masalah karena setiap hari
ada-ada saja orang yang membeli jualan saya, dan itu menjadi pemasukan buat
saya untuk mendapatkan uang kan lumayan, daripada saya meminta-minta terus
sama anak saya, kebetulan juga anak saya memang jauh tinggalnya”.
Ibu ini membeli rumah yang ditempatinya sekarang ini dari orang asli
atau penduduk asli yang sudah lama bertempat tinggal di daerah ini, ibu ini
membeli rumah yang sudah dibangun satu pintu dan orang yang menjual rumah
itu sudah pergi keluar kota karena lahan tersebut dulunya memang lahan pertanian
yang dijadikan sebagi rumah yang kemudian dijual kepada ibu ini dengan alasan
sudah tidak mau lagi mengolah lahan pertanian tersebut mengingat karena
semakin lahan pertanian yang dimilikinya tersebut sudah semakin dikelilingi oleh
banyak bangunan-bangunan rumah atau bangunan-bangunan lainnya, jadi dengan
keadaan terpaksa orang yang menjual rumah ini membuat lahan pertanian yang
dimilikinya tersebut menjadi beberapa bangunan seperti kebanyakan rumah, ada
tiga pintu rumah yang dibangunnya, akan tetapi rumah yang dibangunnya tersebut
dijual kepada orang pendatang salah satunya yang membeli rumah tersebut adalah
ibu Bina.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Para pendatang datang ke wilayah ini dengan maksud untuk menyambung
kehidupan mereka dengan
melakukan banyak kegiatan-kegiatan yang biasa
dilakukan mereka di lingkungan yang mereka tempati yang sekarang ini sebelum
menempati wilayah ini, mereka datang ke wilayah ini untuk mencari tempat
sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, baik itu tempat untuk bertempat
tinggal ataupun untuk menjalankan usaha.
Ada pendatang yang menginginkan tempat tinggalnya dekat dengan pasar
yang artinya mereka lebih nyaman mencari tempat tinggal di wilayah ini
dibandingkan dengan tempat tinggal mereka yang sebelumnya walaupun masih
sama-sama di Kota Medan, bagi mereka yang sudah berkeluarga yang aslinya
orang Medan, dan mereka yang sudah mempunyai anakdan anak mereka sudah
ada yang bersekolah, ada yang kuliah, mereka pindah ke wilayah ini dengan
alasan supaya anak-anak mereka yang bersekolah, maupun yang sudah kuliah
dekat dengan mereka menuntut ilmu seperti dekat dengan sekolah yang mereka
inginkan dan dekat bagi mereka yang sudah kuliah seperti kampus yang
diinginkan mereka, dekat dengan tempat mereka kerja dimana tempat yang
mereka tempati lebih cepat dijangkau dan alasan mereka memilih daerah ini untuk
mereka tempati dengan jangkauan yang sudah dekat bisa mengirit biaya.
Lain halnya dengan mereka pendatang dari luar kota Medan, dimana mereka
datang ke wilayah ini dengan alasan mereka yang ingin bertempat tinggal di
tempat ini ada yang membangun rumah sendiri dengan membeli lahan dari si
pemilik lahan yang ada di lingkungan tersebut yaitu mereka yang memulai rumah
tangga baru.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Seperti salah satu keluarga pendatang yang datang sudah dua tahun bertempat
tinggal di daerah ini, dimana sepasang suami istri yang memulai rumah tangga
baru yang bernama Roi yang berumur 32 tahun dan Isna yang berumur 28 tahun,
mereka datang ke daerah ini dan membeli sebuah rumah untuk mereka tempati ,
rumah yang mereka beli tersebut masih sangat sederhana dan kecil rumah tersebut
mereka tempati apa adanya. Niat mereka untuk bertempat tinggal di daerah ini dan
kebetulan Roi ancang-ancang untuk mencari kerja yang berdekatan dengan tempat
mereka tinggal, setelah beberapa bulan mereka datang ke daerah ini Roi langsung
mendapatkan pekerjaan yang tidak jauh dari rumahnya sedangkan si Isna sebagai
istri membuka rumah makan kecil-kecilan di depan rumahnya untuk membantu
mencari uang untuk kebutuhan mereka hidup. Selain itu juga mereka yang datang
ke daerah atau bertempat tinggal di daerah ini karena memang suka dan tertarik
dengan suasana di daerah iniseperi mereka yang sudah ada yang mengontrak
rumah seperti anak-anak kost yang kebanyakan anak kuliah, mereka yang kuliah
seperti di kampus UNIKA, USU, METHODIST. Mereka memilih daerah ini
sebagai tempat tinggal yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal karena mereka
sudah tertarik untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan mereka, seperti salah
satu anak kost-kostan yaitu salah satu anak kuliah yang sebagai pendatang ke
daerah ini yaitu Tati yang berumur 21 tahun, dimana Tati adalah salah satu
Mahasiswi yang kuliah di salah satu Universitas yang dia inginkan, Tati datang ke
Medan ini dan memilih tempat tinggalnya di daerah Tanjung Sari tersebut karena
dia tertarik dengan suasana yang diinginkan dan juga tempat dia tinggal tidak
terlalu jauh dengan kampusnya, disisi lain juga Tati sangat berpikir bahwa tempat
dia tinggal itu dekat dengan kampusnya dimana dia kuliah selain dekat juga bisa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengirit pengeluaran setiap harinya, karena Tati juga bisa jalan kaki ke kampus
setiap harinya.
Seperti penuturan Tati salah satu mahasiswi:
“ Saya di sini pendatang, saya baru satu stengah tahun datang dan bertempat
tinggal di daerah ini, saya di sini kost dan saya memilih tempat ini karena
memang saya suka dengan keadaan daerah ini, saya lebih nyaman sampai saat
ini, kebetulan saya di sini kuliah dan tempat tinggal saya sangat berdekatan
dengan kampus saya dan berdekatan juga dengan tempat-tempat yang saya
inginkan, pokoknya nyamlah saya tinggal disini makanya saya memilih tinggal di
daerah kelurahan Tanjung Sari ini”.
Ada juga pendatang hanya untuk mencari kerja dengan tujuan yang diinginkan
para pendatang, menurut
mereka karena pindah dan datang serta bertempat
tinggal di kota itu tentu akan mendapatkan pekerjaan yang lebih mantap atau lebih
menjanjikan dan lebih bagus dibandingkan dengan yang sebelumnya itu adalah
pemikiran mereka yang datang ke daerah ini yang ingin mau membuat
kehidupannya lebih bagus lagi dibandingkan dengan kehidupan yang sebelumnya,
dan tentunya bagi mereka atau pendatang yang mencari kerja akan membutuhkan
tempat tinggal seperti mengontrak rumah, atau kost di daerah tersebut. Ada
pendatang yang membeli rumah langsung dan ada juga yang membeli lahan
langsung yang kondisi lahannya masih lahan pertanian karena sampai sekarang ini
masih ada lahan pertanian di daerah Tanjung Sari ini, lahan yang mereka beli dari
mereka yang punya lahan itu mereka mengolah ataupun memanfaatkan lahan
yang mereka beli itu terserah mereka sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka
memanfaatkan lingkungan tersebut, baik digunakan untuk membangun tempat
tinggal, ataupun tempat untuk membuka usaha.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Permintaan lahan juga akan semakin banyak, permintaan akan
berpengaruh kepada harga lahan yang ingin dibeli oleh pendatang dan juga yang
ingin dijual oleh pemilik lahan terlebih pemilik lahan pertanian.
Seperti penuturan salah satu informan:
“ Masuknya pendatang ke wilayah ini bermacam-macam, yaitu masuknya
masyarakat pribumi seperti orang China, India, Batak Toba, Karo dan yang lainlainnya masih banyak lagi lah pokoknya, dimana mereka datang ke wilayah ini
untuk mencari pekerjaan yaitu dengan membuka bisnis atau usaha dan tentunya
banyak menarik perhatian dalam arti dalam penjualan lahan yang kami miliki,
seperti ketertarikan kami untuk menjual lahan yang kami miliki tersebut kepada
pendatang ,seperti pembuatan harga lahan yang lebih mahal dari harga lahan
yang sebelumnya kepada merekaa yang datang dan yang akan dibeli oleh
mereka”.
Masyarakat lokal atau masyarakat asli yang tinggal di daerah Tanjung Sari
tersebut menjual lahan mereka kepada masyarakat pendatang dengan harga yang
berbeda-beda, yang artinya mereka menjual lahan sesuai dengan kesepakatan
bersama antara pemilik lahan dan pembeli lahan, masyarakat yang ingin membeli
terutama masyarakat seperti orang pribumi langsung membeli lahan tersebut tanpa
terlalu memikirkan berapa itu harga lahan yang ingin dibeli dari masyarakat lokal,
yang ada dipikiran orang pribumi itu hanya bagaimana lahan itu bisa dimiliki
secepatnya dan dijadikan menjadi lahan non-pertanian dimana lahan tersebut bisa
didirikan suatu bangunan seperti ruko untuk berbisnis dan juga bangunan rumah
untuk tempat tinggal.
Harga lahan yang dijual kepada orang pendatang berbeda-beda karena
tergantung pada orangnya juga, kalau orang China yang membeli tentu harganya
akan dibuat lebih mahal, akan tetapi jika orang diluar orang China harga lahan
bisa dibuat harga biasa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Harga lahan beberapa tahun yang lalu dibandingkan harga lahan sekarang
ini berbeda, perbedaan harga lahan tersebut karena semakin banyaknya pendatang
yang datang ke wilayah tersebut, lahan yang dijual juga berbeda yang artinya
pemilik lahan bisa menjual lahan pertanian langsung kepada si pembeli dan si
penjual juga menjual lahannya kepada si pembeli dengan lahan yang sudah jadi,
atau yang sudah dijadikan rumah ataupun bangunan-bangunan lainnya dan si
pembeli juga tinggal menempati lahan yang sudah dijadikan bangunan tersebut
atau tinggal memakai bangunan tersebut, dan harga lahan yang sudah dijadikan
bangunan seperti rumah, ruko dan yang lainnya berbeda dengan lahan yang masih
kondisi lahan pertanian.
Lahan yang dijual masih kondisi lahan pertanian kepada orang yang
membeli itu dijadikan untuk tempat tinggal, mereka membuat lahan yang dibeli
tersebut untuk tempat tinggal dan juga sebagi tempat untuk berbisnis,lahan
tersebut ditimbun dan lahan tersebut harus benar-benar di timbun dengan tanah
yang cocok untuk dibuat untuk bangunan kalau tidak benar-benar ditimbun dan
diatur dengan kesesuaian lahan untuk bangunan-bangunan bisa berakibat yang
merugikan bagi mereka sendiri. Bukan hanya masyarakat lokal yang mempunyai
lahan pertanian yang melakukan alih fungsi lahan, akan tetapi masyarakat
pendatang juga ikut melakukannya sehingga mengakibatkan lahan yang baru yang
rentan dengan proses alih fungsi yang semakin marak di wilayah ini.
Adanya alih fungsi lahan yang dilakukan oleh banyak pihak, baik itu
dalam kegiatan-kegiatan seperti pembangunan industri, pembangunan tempat
tinggal yang mewah, ruko-ruko yang dijadikan untuk berbisnis membuat lahan
pertanian semakin sempit seperti yang ada di wilayah Kelurahan Tanjung Sari,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dimana lahan-lahan pertanian sudah banyak diapit oleh bangunan-bangunan
seperti rumah-rumah mewah, dimana lahan pertanian yang ditanami padi
dikelilingi oleh rumah dan semakin lama semakin sempit, dan lahan pertanian
tersebut semakin tersiksa dalam perkembangan untuk mendapatkan hasil
dibandingkan dengan hasil dari pertanian sebelum maraknya pembangunanpembangunan ruamah-rumah. Hal ini membuktikan pendapatan pangan dari
pertanian di wilayah ini semakin turun semakin lama semakin sedikit yang
mengolah sawah dan beralih kepada kegiatan-kegiatan lainnya karena adanya alih
fungsi lahan ke non-pertanian.
Adanya tuntutan tersendiri untuk kebutuhan mayarakat itu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas yang dilakukan mereka, terutama halnya seperti
kebutuhans yang paling penting itu adalah kebutuhan akan lahan, dimana lahan itu
bisa digunakan untuk berbagai hal kepentingan, baik itu untuk dijadikan tempat
tinggal atau kepentingan lainnya.
Sampai pada saat ini di sekitar tempat tinggal beliau masih ada proses
pembangunan dimana lahan yang digunakan itu adalah lahan pertanian tadinya, di
sekitar tempat tinggal beliau pas kali disamping rumahnya masih ada lahan
pertanian yang masih diolah oleh beberapa orang dari masyarakat itu juga.
Pada sisi lain dengan adanya bangunan-bangunan yang dilakukan oleh berbagai
pihak dan semakin lama semakin banyak bangunan, dan tentunya semakin
banyaknya bangunan seperti rumah yang ada di wilayah ini membuat jalan-jalan
kecil semakin bertambah untuk menuju tempat tinggal masyarakat tersebut dan
tentunya semakin banyak rumah dan jalan juga memang dibutuhkan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seterusnya lahan yang digunakan untuk jalan juga semakin banyak dan lahan yang
ada di wilayah ini semakin sempit lahan yang kosong.
Pada pembuatan suatu bangunan seperti tempat tinggal,ruko-ruko dan
yang lainnya tentu harus ada izin dari pemerintah daerah setempat dan memang
sudah ada undang-undang yang ditentukan, akan tetapi undang-undang yang
berlaku itu seakan-akan membal pada masayarakat yang melakukan alih fungsi
lahan tersebut, dengan kata lain masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan
tersebut secara tidak merata tidak terlalu peduli dengan hal tersebut, disamping itu
juga selain ketidak pedulian masyarakat terhadap alih fungsi tersebut jika
pemerintah yang melarang alih fungsi lahan yang semakin marak akan tetapi di
sisi lain mendukung terjadinya alih fungsi lahan sesuai dengan tuntutan
pertumbuhan industri dan keinginan masyarakat dengan kegiatan lainnya ke nonpertanian yang dalam kenyataannya membuat lahan pertanian ke lahan nonpertanian.
Undang-undang atau peraturan-peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah
bisa saja tidak dilaksanakan oleh masyarakat yang melakukan alih fungsi tersebut
berhubung karena kurang efektifnya peraturan yang sudah ada. Maraknya
bangunan-bangunan karena alih fungsi lahan yang dilakukan oleh masyarakat itu
semakin marak pula. Hal ini ada sangkut pautnya terhadap Rencana Tata Ruang
sebuah kota, untuk mencapai sebuah Rencana Tata Ruang kota Medan
disesuaikan dengan pola bangunan-bangunan dari hasil alih fungsi lahan yang
dilakukan oleh masyarakat, seperti halnya yang terdapat pada beberapa usulan
peningkatan kualitas perencanaan tata ruang dimasa mendatang:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Agar
perencananan
tat
ruang
tidak
lagi
sekedar
dilihat
sebagai”managementof changes”melainkan lebih sebagai ‘management of
conflicts’
Orientasi tujuan jangka panjang yang ideal perlu disenyawakan dengan
pemecahan masalah jangkapendek yang bersifat inkremental.

Mekanisme Development Control agar ditegakkan, lengkap dengan sanksi
(dis-insentif) buat yang melanggar dan bonus (insentif) bagi mereka yang
taat pada peraturan.

Penataan ruang secara total,menyeluruh dan terpadu dengan model
participatory planning dan over-the-board planning atau perencanaan
lintas sektoral,sudah saatnya dilakukan secara konsekuen.

Kepekaan sosio-kultural para penentu kebijakan dan para profesional
khususnya di bidang lingkungan binaan segoyanya lebih ditingkatkan
melalui forum-forum pertemuan/diskusi/ceramah/publikasi, baik secara
formal maupun informal.

Dalam setiap perencanaan tata ruang kota dan daerah agar lebih
diperhatikan perihal kekayaan khasanah lingkungan alam termasuk iklim
tropis yang bersahabat, yang selain akan memberikan kenyamanan
biologis tersendiri juga akan menghemat energi (BBM maupun listrik)
yang sekarang sudah semakin mahal.6
6
Eko Budihardjo,wawasan lingkungan dalam pembangunan perkotaan (Bandung:P.T alumni
,2009),hal.207
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3 Alih profesi
Kebanyakan masyarakat yang ada di daerah Tanjung Sari beberapa tahun
yang lalu masih banyak yang berprofesi sebagi petani berhubung karena memang
masih banyak lahan pertanian, dan mereka itu berprofesi sebagai petani dan
mengolah lahan pertanian, lahan pertanian yang banyak biasanya adalah lahan
pertanian sawah yang dapat menunjang kehidupan mereka sehari-hari baik untuk
membutuhi kehidupan sehari-hari terutama untuk kehidupan keluaraga mereka,
dan sebenarnya lahan yang mereka garap tersebut
adalah pekerjaan yang
digeluguti sebagian besar oleh masyarakat tersebut setiap harinya.
Lahan pertanian yang mereka olah setiap harinya sesuai dengan tahaptahap pertanian yang baik, mereka semaksimal mungkin membuat lahan pertanian
seperti pertanian padi bisa mendapat hasil yang bisa membutuhi kebutuhan
mereka, baik untuk keluarga ataupun untuk kebutuhan yang lainnya. Akan tetapi
dengan banyaknya faktor-faktor lain yang bisa menggeser profesi sebagi petani
akan membuat profesi sebagi petani mulai tidak ada atau berkurang, jika profesi
sebagai petani tidak lagi menjamin kehidupan yang layak akan membuat generasi
yang sekarang ini atau generasi mudak akan berfikir untuk melanjutkan profesi
orang tuanya sebagai petani, karena dengan perkembangan zaman yang sekarang
ini terutama di kota banyak orang yang sudah beralih profesi terutama yang ada di
kelurahan Tanjung Sari. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang ada
di lingkungan XII Tanjung Sari :
“Lebih baik lahan yang kami punya itu dijual kepada orang lain atau
dijual kepada orang yang mau membeli, memang dari dulu saya sendiri dari dulu
sudah bekerja sebagai petani akan tetapi saya agak jenuh juga dan pengen cari
pekerjaan yang lain, dan pilihan saya untuk yang sekarang ini lebih baik beralih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
profesi seperti membuka usaha karena bertani sudah bosan ingin cari profesi
yang baru dulu, profesi yang saya jalani sekarang ini memang lebih
menyenangkan daripada berprofesi sebagai petani, berprofesi sebagai petani
untuk sekarang ini sudah jarang dijumpai terutama di wilayah kami ini
Memang dulu banyak yang berprofesi sebagi petani, tapi coba tanyain
dengan yang lainnya juga pasti kebanyakan orang-orang disini sudah jarang
dijumpai yang berprofesi sebagai petani”.
Menurut mereka berprofesi sebagai petani sekarang ini sudah tidak
mungkin lagi mendapatkan hidup yang layak atau hidup yang berkecukupan, oleh
karena itu kebanykan petani yang dulunya di daerah ini sudah banyak yang sudah
tidak kuat lagi atau banayak yang tidak berminat lagi untuk bertani dalam arti
mereka yang mengolah lahan sawah tersebut telah membuat lahan yang mereka
garap selama ini di serahkan kepada anak-anak mereka dan anak-anaknya
membuat lahan pertanian yang dimiliki orang tuanya tersebut dibuat menjadi
lahan non- pertanian dalam arti anak tidak mau lagi meneruskan profesi orang
tuanya yang dulu berprofesi sebagai petani, seperti salah satu keluarga yang
bernama ibu Septi dimana keluarga ibu ini adalah keluarga yang diman ibu ini
dulu berprofesi sebagai petani, akan tetapi untuk yang sekarang ini ibu Septi
sudah tidak berminat lagi berprofesi sebagai petani, disini ibu Septi membuka
suatu usaha yaitu sebuah rumah makan yang bersebelahan dengan tempat dia
tinggal, ibu ini membuka sebuah warung makan karena untuk menggantikan
profesinya sebagi petaninya tersebut.
Dulu lahan yang dibuatnya sebagai satu bangunan yaitu sebuah bangunan
ruko, dimana lahan itu sebelumnya adalah lahan pertanian yang dimiliki oleh ibu
itu sendiri dan lahan itu telah dibuat menjadi sebuah bangunan ruko, karena ibu
ini sudah tidak mau lagi mengolah lahan pertanian dan berprofesi sebagai petani,,
begitu juga dengan anak-anak ibu ini yang juga sudah tidak ada lagi yang berniat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
atau sudah tidak mau lagi untuk mengolah lahan pertanian yang dimilki oleh
keluarga ibu Septi tersebut.
Seperti penuturan oleh ibu Septi:
“ Saya dulu memang berprofesi sebagai petani, bertani saya geluguti
selama kurang lebih sepuluh tahun yang lalu, memang ketika saya menjalankan
profesi sebagai petani dan setiap tahunnya saya mendapatkan hasil pertanian
yang cukup memuaskan sesuai dengan lahan yang saya olah.
Akan tetapi untuk yang sekarang ini saya sudah tidak niat lagi untuk
menjalankan profesi saya sebagai petani, karena sudah banyak yang beralih
profesi seperti kawan-kawan dan juga tetangga, dan sekarang saya lebih memilih
untuk membuat lahan pertanian saya menjadi lahan non-pertanian yaitu membuat
suatu bangunan untuk dijadikan sebuah bisnis, dan profesi yang saya jalankan
yang sekarang ini adalah sebagi pengusaha dan kadang-kadang anak-anak saya
ikut membantu saya untuk menjalankan usaha ini, saya lebih senang menjalankan
profesi saya yang sekarang begitu juga dengan anak-anak saya yang selalu
membantu saya untuk menjalankan usaha ini, mereka juga ikut senang dan
semangat, dan pendapatan saya juga lumayan dari hasil usaha ini”.
Anak-anak dari ibu Septi ini juga yang tidak mau dan memang tidak ada
niat untuk meneruskan profesi yang digeluguti oleh orang tuanya dari dulu itu
sudah tidak ada lagi niat dari anak-anak ibu Septi ini, akan tetapi ketika
dibangunnya sebuah ruko yang dijadikan untuk membuka usaha yaitu berjualan,
anak-anak dan ibu Septi ini lebih senang untuk menjalankan usaha mereka
tersebut begitu juga dengan anak-anaknya yang suka membantu ibu Septi untuk
menjalankan sebuah usaha yang digeluguti oleh orang tuanya tersebut. Mereka
sebagai petani akan tetapi si anak akan beralih profesi seperti membuka usaha.
Jika masih dilanjutkan dengan mengolah lahan sawah yang dimiliki
oarang tua tidak akan bisa mencukupi kebutuhan hidup untuk zaman yang
sekarang ini karena hasil jual yang mereka dapat selama mengolah lahan sawah
yang mereka miliki sangat kurang atau belum bisa untuk membutuhi kebutuhan
mereka.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak
masyarakat Tanjung Sari yang tidak terlalu tertarik lagi untuk meneruskan
mengolah lahan pertanian yang dari dulu mereka olah, dan pemikiran mereka juga
sudah banyak yang berubah untuk beralih profesi ke profesi yang lainnya atau
keprofesi yang baru, yang bisa membuat mereka senang dan nyaman untuk
menjalani kegiatan tersebut. Terutama banyak masyarakat yang melakukan alih
fungsi lahan tentunya lahan yang mereka miliki akan menjadi sempit dan akan
terancam untuk mendapatkan kehidupan bagi lahan pertanian yang mereka olah,
karena banyaknya masyarakat yang mencari profesi yang lainnya di luar profesi
sebagai petani.
Adapun profesi yang mereka geluguti untuk sekarang ini adalah sebagai
pengusaha, guru, tukang becak, buruh bangunan, membuka toko kelontong,
membuka warung untuk kebutuhan masak sehari-hari, membuka warung makan,
membuka jasa pemondokan, membuka jasa laundry, pengusaha, membuka jasa
warung telepon dan beberapa jenis jasa yang lainnya. Mereka melakukan
pekerjaan yang baru ini karena mereka banyak
yang lebih senang untuk
menjalani profesi yang baru tersebut, mengingat profesi sebagi petani memang
tidak mengasikkan lagi bagi mereka.
Semakin banyaknya masyarakat yang beralih profesi maka akan
mengurangi jumlah petani yang ada, penurunan jumlah petani merupakan akibat
logis yang muncul di daerah keluraha Tanjung Sari tersebut, dimana banyak
petani yang terpaksa terdepak ke luar dari daerah yang mereka tempati
sebelumnya dan berdomisili di daerrah yang lokasinya jauh dari lahan kekotaan
terbangun, dan semakin lama semakin banyak yang berprofesi sebagai petani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadi profesi diluar profesi sebagai petani. Jadi dilihat yang sekarang ini di
wilayah kelurahan Tanjung Sari banyak masyarakat yang beralih profesi, dimana
hanya didapat beberapa orang saja yang berprofesi sebagai petani atau sebagian
kecil yang artinya masyarakat yang berprofesi sebagai petani itu sulit atau jarang
untuk didapat hanya ada di daerah tertentu saja, akan tetapi di beberapa tempat
saja yang didapat orang yang berprofesi sebagai petani yang ada di daerah
kelurahan Tanjung Sari tersebut, berprofesi sebagai petani juga itu karena keadaan
terpaksa dan sudah tidak ada kemampuan dibidang yang lainnya untuk
mendapatkan pekerjaan di luar pekerjaan sebagai petan, hanya dibidang bertani
saja yang bisa dilakukannya.
Ada seorang ibu yang bernama ibu Sondang Naibaho yang berumur 45
tahun dimana ibu Sondang ini sudah tidak mempunyai suami lagi dan dia tinggal
sendiri dan dari dulu ibu ini memang sudah berprofesi sebagai petani sampai
pada saat ini juga ibu sondang masih tetap berprofesi sebagai petani dimana ibu
ini mengolah lahan sawah atau lahan pertanian, akan tetapi lahan yang diolah oleh
ibu ini adalah lahan orang lain di dulu juga lahan yang diolah oleh ibu ini adalah
lahan orang lain, akan tetapi walaupun lahan yang diolah ibu ini adalah lahan
orang lain yaitu lahan orang yang berbeda-beda dan untuk yang sekarang ini ada
lahan yang diolah dan masih tetap punya orang lain, yaitu salah satu keluarga
yang berprofesi sebagi Dokter, akan tetapi orang yang punya lahan tersebut
berada di daerah Medan juga yaitu mereka tinggal di jalan Simalingkar, Dokter ini
memberikan lahan tersebut kepada ibu Sondang untuk diolah, ibu Sondang
mengolah lahan tersebut sudah ada sekitar lima tahun yang lalu, ibu ini mengolah
lahan tersebut memang dalam keadaan terpaksa dengan arti tidak ada lagi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pekerjaan yang bisa dilakukannya untuk sekarang ini dan kebetulan keluarga
Dokter ini memberikan tawaran untuk mengolah lahan sawah yang ada di sekitar
daerah Tanjung Sari tersebut dan ibu Sondang ini memang sangat tertarik dengan
tawaran tersebut, adapun lahan yang diolah oleh ibu Sondang ini memang tidak
terlalu luas, akan tetapi ibu Sondang ini masih tetap bersyukur masih bisa bekerja
apalagi mengolah lahan sawah walaupun kepunyaan orang lain, lahan pertanian
yang ditanami sampai sekarang ini adalah padi dan panennya dua kali dalam satu
tahun, ibu Sondang ini memang selalu semangat untuk mengerjakan pekerjaannya
yang sekarang ini yaitu sebagai petani walaupun orang-orang yang ada di
sekitarnya sudah banyak yang beralih profesi, ibu ini tidak terlalu perduli dengan
keadaan ataau kondisi orang yang ada di sekitarnya tersebut dan dia memang tetap
selalu semangat. Ibu Sondang ini bertemu dengan pemilik lahan itu hanya dalam
pertemuan ketika memberikan hasil dari pertanian yang diolah tersebut, adapun
hasil pertanian yang diberikan oleh ibu Sondang kepada pemilik lahan tersebut
kadang-kadang dalam bentuk uang, tapi kadang juga dalam bentuk beras yang
sudah diolah dulu dari hasil taninya tersebut yaitu diolahnya padi menjadi beras.
Lahan yang diolah oleh ibu Sondang tersebut yang sudah diolah beberapa
tahun belakangan ini memang masih tetap ditanami padi, dan seperti apayang
dikatakan oleh ibu Sondang ini dimana pemilik lahan tersebut sampai sekarang ini
tidak ada niat untuk menjual lahannya tersebut dan akan tetap membuat lahan
tersebut masih lahan pertanian walaupun sudah dikelilingi banyak bangunanbangunan seperti bangunan rumah, akan tetapi itu memang niat yang punya lahan
karena memang bukan si pemilik lahan yang mengolah lahan pertaniannya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tersebut dan si pemilik lahan memang hanya meminta hasinya saja dari si
pengolah lahan tersebut yaitu ibu Sondang.
Seperti penuturan salah satu informan yaitu ibu Sondang:
“ Songonanma dabah nei, kan , akka tano na adongpe suan-suanan sian
eme nunga langkahbe kan, dibereng ho do jolma nga godang na karejo di luar ni
na bertani alai iba tongdope gabe petani sahat tu saonari on nei dabah anggia,
ipe tanoni halak do di karejoan nei, ipe sosadia nei bolakna, alai asalma daripda
so karejo iba dabah....
Tano on puna ni halak do on ima Dokter, alai keluargana tinggal di
daerah Medan on dope nian tinggal, alai auma dibahen mengolah on alana
dang adongbe kegiatan na lain.
Sewani hauma onpe molo nga adong hasilna bahh hu leon tu halaki bagi tonga,
alai ianungpe songoni tetapdo iba mandok mauliate tu Tuhan i, boi dope iba
karejo ianungpe tano ni halak, alai asalma boi iba mangan dohot sehat-sehat iba
asa boi iba tetap karejo terutama makarejoi tano ni halakan”.
“Beginilah, seperti yang kau lihat yang sekarang ini, sudah banyak
orang yang sudah banyak yang bekerja di luar sebagai petani tapi saya sendiri
masih tetap sebagai petani, lahan yang saya olah ini juga punya orang salah satu
Dokter yang tinggalnya masih di sekitar Medan ini juga yaitu di daerah
Simalingkar sana, tapi lahan mereka ini saya yang mengolah dan hasilnya nanti
dibagi dua, mereka datang meminta hasilnya tersebut hanya ketika hasil
panennnya sudah ada, akan tetapi walaupun demikian saya masih tetap
bersyukur kepada Tuhan karena masih bisa dikasih pekerjaan seperti yang
sekarang ini walaupun lahan yang saya olah adalah lahan orang, asalkan saya
tetap bisa makan dan tetap sehat-sehat terutama dalam hal bekerja supaya tetap
bisa mengolah lahan orang ini yang saya olah sekarang ini”.
Masyarakat yang sebagian kecil berprofesi sebagai petani itu hanaya
dalam keadaan terpaksa saja, karena memang sudah tidak ada lagi pekerjaan yang
bisa mereka lakukan, daripada tidak ada yang dilakukan atau daripada tidak ada
kegiatan yang mereka geluguti itu terpaksa dilakukan walaupun lahan yang diolah
itu hanya sedikit dan tentunya hasil dari lahan pertanian itupun tidak begitu
banyak untuk didapat yang artinya hasilnya terbatas apalagi hasilnya maih dibagi
kepada sipemilik lahan yang tadi.
Profesi sebagai petani yang ada di kelurahan Tanjung Sari ini sudah jarang
untuk ditemukan melihat banyaknya selera-selera masyarakat yang tinggal di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
daerah tersebut terutama selera dalam hal pekerjaan dan banyak yang
menyisihkan profesi sebagi petani, melihat juga orang- orang yang tinggal di
wilayah Tanjung Sari yang sekarang ini sudah beda orangnya dengan orangorang yang tinggal di wilayah yang sekarang ini.
Pada sisi lain juga masyarakat yang dulunya berprofesi sebagai petani dan
kini banyak yang berprofesi di luar sektor pertanian. Oleh karena golongan petani
yang ada di wilayah tersebut menjual lahannya berumur lanjut, tidak mempunyai
bekal pendidikan yang memadai dan ketrampilan di luar bidang pertanian yang
memadai mereka jelas tidak mampu memasuki bidang pekerjaan yang formal.
Mereka ini untuk yang sekarang ini, status yang mereka sandang tidak lagi
berstatus profesi sebagi petani walaupun atas dasar pengakuannya mereka
mengakui sebagai petani walaupun pada nyatanya untuk sekarang ini tidak lagi
bekerja sebagi petani kerena mengingat umur yang sudah tua dan tidak pantas lagi
untuk bekerja apalagi bekerja sebagai petani, profesi mereka sebagi petani selalu
dikatakan kepada orang yang bertanya apa pekerjaannya dan mereka yang sudah
tua selalu menjawab kalau mereka masih sebagi petani, profesi itu dikatakan
karena dulunya mereka sebagi petani dan profesi ini yang selalu dipakai untuk
menjuluki profesi mereka yang sekarang ini di tengah-tengah lingkungan yang
mereka tempati tersebut.
Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No
Jenis pekerjaan
Jumlah
1.
Buruh Swasta
894 orang
2.
Pegawai Negri
463 orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.
Pedagang
366 orang
4.
Tukang jait
48 orang
5.
Tukang Batu
59 orang
6.
Tukang kayu
46 orang
7.
Peternak
28 orang
8.
Montir
67 orang
9.
Dokter
69 orang
10.
Sopir
175 orang
11.
Tukang Becak
328 orang
12.
TNI POLRI
56 orang
13.
Pengusaha
108 orang
14.
Pengrajin
184 orang
15.
Dll
336 orang
Sumber:Kantor Kelurahan Tanjung Sari Medan 2010
Berdasarkan tabel yang ada diatas berdasarkan jumlah masyarakat berdasarkan
mata pencahariannya, dimana mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat
kelurahan Tanjung Sari sudah kebanyakan berprofesi diluar petani, di sini
menunjukan bahwa semakin lama semakin banyak masyarakat yang tidak minat
lagi berprofesi sebagai petani atau semakin banyak masyarakat yang berkurang
sebagai petani.
2.4. Faktor Lemahnya Perundang-undangan Yang Ada
Pembangunan yang dilakukan masyarakat pinggiran kota tersebut banyak
yang menjadi sumber sorotan yang penting, dalam melakukan suatu bangunan
tentunya harus ada suatu peraturan yang harus diikuti atau untuk dipatuhi.
Adapun peraturan-perturan
pembangunan itu, seperti yang ada pada UU yang
berlaku di Indonesia tentang alih fungsi lahan seperti berikut ini:
Alih fungsi lahan dalam perundang-undangan 26 tahun 2007
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pasal 33
(1) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana
tata
ruang
dilaksanakan
dengan
mengembangkan
penatagunaan
tanah,
penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain.
(3) Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan
prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama
bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas
tanah dari pemegang hak atas tanah.
(4) Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung, diberikan
prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima
pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah jika yang bersangkutan
akan melepaskan haknya.
Pasal 77
(1) Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semua pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan dengan rencana tata ruang
melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang.
(2) Pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tata ruang sebelumnya diberi
masa transisi selama 3 (tiga) tahun untuk penyesuaian.
Penjelasan
Bagian Umum point 3
3. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, pada dasarnya ketersediaannya
tidak tak terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut, dan untuk mewujudkan ruang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan
Nusantara
mengamanatkan
dan
perlunya
Ketahanan
dilakukan
Nasional,
penataan
Undang-Undang
ruang
yang
ini
dapat
mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan, serta yang dapat memberikan pelindungan terhadap fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang.
Kaidah penataan ruang ini harus dapat diterapkan dan diwujudkan dalam setiap
proses perencanaan tata ruang wilayah.
Adanya undang-undang yang ada di Indonesia tentang alih fungsi lahan
tersebut tidak begitu ada kejelasan yang tegas terutama kejelasan yang dinampak
oleh masyarakat yang ada di wilayah tersebut, yang artinya belum adanya
kejelasan yang dilakukan oleh pemerintahan daerah setempat yang ada di sekitar
wilayah tersebut, masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan tersebut masih
banyak yang kurang perhatian atau masih banyak yang kurang peduli dengan
undang-undang tersebut, seperti yang dikatakan oleh seorang kepala lingkungan
yang berda di Tanjung Sari tersebut bahwa masyarakat yang datang ketempat atau
yang datang ke wilayah Tanjung Sari tersebut banyak yang melakukan alih fungsi
lahan atau banyak yang mendirikan bangunan seperti rumah dengan asal-asal
membangun rumah yang ingin ditempati mereka, mereka datang ketempat
tersebutpun tidak terlalu peduli kepada kepala lingkungan yang ada disekitar,
mereka kurang peduli.
Adapun undang-undang yang ada pada alih fungsi lahan yang ditetapkan
pada undang-undang, akan tetapi pelaksanaan undang-undang tersebut lemah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
karena kurang ketatnya penegasan peraturan tersebut
dilaksanakan atau
ditekankan kepada masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan di wilayah
tersebut dalam arti peraturan-peraturan tersebut tidak sepenuhnya dilakukan atau
dipatuhi
oleh masyarakat tersebut maka alih fungsi lahan
di Kota Medan
semakin marak, fokusnya pada daerah Kelurahan Tanjung Sari. Pada wilayah
daerah perkotaan seperti wilayah Tanjung Sari ada peraturan yang dibuat untuk
tidak sembarangan untuk membuat alih fungsi lahan terutama pada alih fungsi
lahan pertanian,jika hal yang demikian semakin lama semakin tidak bisa
dilaksanakan oleh banyak pihak baik itu masyarakat lokal,masyarakat pendatang
dan pihak-pihak lainnya akan membuat penurunan pendapatan pangan terutama
pendapatan pangan yang ada di kota Medan.
Berhubungan dengan hal yang demikian alih fungsi lahan yang semakin
lama semakin banyak dilakukan tanpa mematuhi peraturan-peraturan yang
berlaku, maka sesuai dengan apa yang direncanakan untuk menjadi sebuah kota
idaman susah untuk dicapai.
2.5. Dampak Harga Lahan
Wilayah pinggiran kota yaitu daerah yang menarik bagi penduduk maupun
fungsi-fungsi untuk bertempat tinggal maupun untuk menjadikannya sebagai
lokasi kegiatan yang diinginkan oleh masyarakat itu. Banyak pihak yang
menginginkan suatu yang sangat cocok dijadikan sebagi suatu hal yang bisa
membuat pihak tersebut bisa mendapatkan hal yang diiinginkannya, ada juga
pihak lain yang menginginkan lahan yang belum terbangun yang tersedia semakin
sempit makin mendekati lahan kekotaan terbangun makin intensif terjadinya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian. Sangat sulit mendapatkan
lahan yang kosong atau lahan pertanian terutama di daerah kelurahan Tanjung
Sari, dimana daerah ini yang semakin banyak orang dan semakin lama semakin
tidak terbatas lagi keinginan terutama untuk mendapatkan lahan yang diinginkan
oleh masyarakat itu sendiri, dengan demikian lahan itu tentunya akan menjadi
mahal terutama di daerah kota, karena sepetak lahan itu memang sangat mahal
harganya diikuti dengan permintaan lahan yang semakin banyak dari berbagai
kalangan.
Dari hal ini dapat terlihat bahwa adanya ketidakseimbangan antara
permintaan akan lahan dan ketersediaan akan lahan, dimana lebih banyak
permintaan akan lahan akan tersedianya akan lahan yang ada karena banayak
masyarakat yang membutuhkan akan lahan untuk dipakai. Lahan yang dimiliki
oleh pemilik lahan, ketika adanya permintaan akan lahan dari masyarakat atau
dari orang lain yang ingin membeli lahan tersebut maka pemilik lahan disini bisa
bersikap lebih banyak yang membuat harga lahan tersebut bisa lebih mahal,
terutama melihat semakin banyaknya permintaan akan lahan. Si pemilik lahan
yang ingin menjual lahannya kepada orang lain akan sesuka hatinya membuat
harga lahan kepada orang yang ingin membeli lahannya tersebut, disini si pemilik
lahan berkesempatan untuk membuat harga lahan. Jika permintaan akan lahan
banyak dari pihak lain maka berkesempatan pula si pemilik lahan untuk membuat
harga lahan yang dimilikinya tersebut, mereka ingin mendapatkan untung yang
besar apalagi ada orang yang ingin membeli lahan tersebut dengan keadaan yang
sangat mendesak karena sangat membutuhkan lahan. Ketika si pembeli ingin
membeli lahan yang diinginkan tersebut walaupun itu mahal itu harus jadi dibeli,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
karena banyak orang yang tertarik dengan lokasi lahan yang ada karena lokasi
lahan tersebut cocok untuk dijadikan sebagi tempat usaha, jadi disini si pembeli
langsung membeli lahan tersebut walaupun mahal itu tidak jadi masalah. Biasanya
orang yang membeli lahan tersebut dengan harga yang mahal adalah masyarakat
pribumi yang ingin membuka usaha di daerah kelurahan Tanjung Sari tersebut,
mereka membeli lahan tersebut dengan tujuan untuk membuka usaha karena
biasanya masyarakat pribumi yang datang ke wilayah ini dengan membeli lahan
yang mahal, mereka yang sering membeli lahan tersebut dan membuatnya atau
membangun berbagai bangunan sebagai tempat usaha mereka seperti bangunanbangunan ruko yang ada di pinggir jalan.
Ketika banyaknya permintaan akan lahan dari orang banyak si pemilik
lahan banyak yang menjual lahannya kepada si pembeli, akan tetapi jika
permintaan akan lahan berkurang maka harga lahan juga semakin berkurang, disni
masyarakat yang mempunyai lahan atau si pemilik lahan banyak yang tidak
menjual lahannya, dijual juga lahan yang dimiliki mereka tersebut dalam keadaan
harga lahan yang rendah atau harga lahan murah itu dalam keadaan terpaksa saja,
akan tetapi masyarakat yang mempunyai lahan mereka kebanyakan menjual
lahannya ketika banyaknya permintaan akan lahan dan harga yang mahal.
Begitu juga dengan sebaliknya dengan adanya harga lahan yang dibuat
oleh si pemilik lahan kepada mereka si pembeli, masyarakat yang ingin membeli
lahan tersebut ada yang dalam keadaan terpaksa untuk membeli lahan tersebut,
keterpaksaan untuk membeli lahan tersebut yaitu karena sangat membutuhkan
lahan, dan ada juga masyarakat si pembeli yang membeli lahan tersebut dari si
penjual sesuai dengan kemampuan keuangan mereka masing-masing, walaupun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lahan yang diinginkan tersebut tidak bisa atau belum mampu membeli lahan yang
diinginkan karena ada si pembeli yang ingin membeli lahan yang diinginkan akan
tetapi keuangannya belum mencukupi untuk membeli sebanyak lahan yang
diinginkan.
Adanya harga lahan yang dibuat oleh pihak-pihak yang berwajib atau
pihak yang berhak atas harga lahan yang mereka miliki, mempunyai harga lahan
yang bermacam-macam, harga lahan yang dijual kepada orang lain yang ingin
membeli lahan tersebut dan ora lain yang membutuhkan lahan tersebut. Harga
lahan yang dijual kepada orang pendatang ada dalam dua macam yaitu seperti
harga lahan yang masih dalam kondisi lahan pertanian, atau lahan yang sudah
dijadikan perumahan, dalam arti masyarakat pendatang ada yang membeli lahan
yang masih dalam kondisi lahan pertanian, ada juga yang membeli lahan yang
sudah ditimbun, akan tetapi lahan tersebut kosong tidak ada apa-apa apalagi
pertanian, dan ada juga masyarakat yang langsung membeli rumah yang sudah
dibangun oleh pemilik lahan sebelumnya. Harga lahan yang sudah ditimbun dan
harga lahan yang masih kondisi lahan pertanian berbeda-beda, terutama mereka
yang langsung membeli rumah yang sudah dibangun tentu harganya lebih mahal
karena sudah dalam keadaan suatu bangunan rumah yang sudah bisa langsung
ditempati oleh orang yang membeli rumah tersebut.
Seperti penuturan oleh salah seorang penduduk Tanjung Sari:
“Lahan yang ingin saya jual kepada orang lain tergantung pada kondisi
harga lahan yang terjadi di masyarakat luas atau harga lahan yang dilakukan
oleh masyarakat lain juga di luar sana, saya tidak mau kalau harga lahan itu
saya jual dalam harga lahan yang sangat murah .
Dimana kalau harga lahan semakin menurun tentu saya belum
menjualnya, tapi apabila harga lahan sudah mulai naik tentu saya akan langsung
menjualnya apalagi orang yang membeli lahan tersebut masyarakat pribumi atau
masyarakat yang membeli lahan disaat mereka saat mendesak dalam atau pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
saat-saat sangat membutuhkan lahan biasanya tentu harganya saya jual lebih
mahal kan lumayan...”.
2.6. Penggunaan Lahan
Lahan yang dulunya lahan pertanian yang ada di kelurahan Tanjung Sari yaitu
lahan pertanian, lahan tersebut yang ditanami tanaman seperti padi dan juga
tumbuh-tumbuhan yang lainnya yang bisa menjadi sumber ekonomi mereka untuk
membutuhi kehidupan mereka dari hasil pertanian yang mereka olah.
Pemanfaatan lahan yang mereka lakukan menghasilkan hasil yang lumayan ,baik
dari hasil
panen mereka dari pertanian yang mereka lakukan dalam mengolah
lahan tersebut. Pengolahan lahan dalam pertanian masih lahan pertanian yang
cukup subur untuk ditanami padi, karena lahan pertanian ini subur dan hasil yang
mereka dapat juga lumayan memuaskan dan bisa membutuhi kehidupan mereka
sendiri, karena hasil dalam pertanian mereka mempunyai hasil yang bisa mereka
pakai. Akan tetapi pemanfaatan lahan pertanian semakin lama semakin berubah
menjadi lahan non-pertanian yang artinya banyak aktifitas-aktifitas yang
dilakukan oleh masyarakat tersebut.
Adapun pola pemanfaatan lahan di kota-kota yang mempunyai ciri-ciri yaitu:

Bahwa pemanfatan lahan itu ditentukan oleh skala ekonomi dan
aglomerasi; oleh karena jarang ditemui tipe kota dengan bagian tengah
kosong,melainkan justru bagian tengah padat dan bagian luar kurang
kepadatannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Bahwa seseorang lebih suka pada tempat yang dekat pada semua kegiatan
(kerja, sekolah, belanja, hiburan,dan lain-lain) karena ongkos angkot
bergantung pada jarak dan berbagai kesenangan (aminities).

Bahwa seseorang juga bergantung pada sifat tetangganya;kalu tetangganya
itu orang madani dia berani membayar lebih mahal.
(Raldi Hendro Koestoer,2007: 130).
Kondisi pemanfaatan lahan kini berubah, dan masyarakat yang ada di Lingkungan
Kelurahan Tanjung Sari ini membuat lahan pertanian mereka ke berbagai fungsi
dalam arti mereka membuat lahan pertanian mereka ke lahan non-pertanian
dengan berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mendorong masyarakat
melakukan alih fungsi lahan yaitu:
2.6.1. Konflik Pemanfaatan Lahan
Suatu konflik akan muncul apabila ada perbedaan kepentingan yang tidak
dapat dikompromikan atau yang tidak dapat didiskusikan antara pihak yang satu
dengan pihak yang lainnya, sehingga gejala tersebut juga diberi istilah konflik
kepentingan atau perbenturan kepentingan yang terjadi pada masyarakat itu
sendiri. Sebagai contoh yang didapat dari lapangan ada segerombolan masyarakat
yang baru memasuki wilayah tersebutyang datang dari wilayah lainnya seperti
dari luar kota , karena keinginan ingin tinggal di wilayah tersebut dengan
meninggalkan daerah asal mereka untuk memasuki wilayah yang baru.Masuknya
gerombolan orang ini mengakibatkan persaingan dengan sekelompok masyarakat
yang ingin mendiami daerah mereka tinggal sebelumnya. Jelas terlihat bahwa
kepentingan pendatang baru dengan kepentingan masyarakat yang sebelumnya
tinggal di wilayah tersebut menimbulkan konflik termasuk dalam konflik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kepentingan terhadap pemakaian lahan yang sudah ada di wilayah tersebut.
Seperti yang ada konflik kepentingan yang terjadi di wilayah tersebut yaitu
terjadinya konflik pemanfaatan lahan untuk jalur hijau dengan pemanfaatan lahan
untuk pemukiman. Konflik tersebut terjadi secara terus menerus jika tidak ada
jalan keluar yang akan ditempuh atau jalan keluar yang dicari oleh masingmasing oleh semua pihak, baik itu pihak pendatang yang baru maupun pihak yang
sudah lama tinggal di wilayah tersebut sebelumnya.
2.6.2 Konflik antar Individu
Konflik pemanfaatan lahan antar individu yang berskala kecil berimbas
menjadi salah satu masalah yang menjadi besar, dimana adanya suatu masalah
yang kecil saja bisa menjadi masalah yang besar dan mungkin bisa merugikan
banyak pihak, terutama dalam pemanfaatan lahan yang ada di wilayah mereka
tinggal. Konflik antar individu yang terjadi di wilayah tersebut hanya saja jika ada
IMB yang benar-benar dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. Seperti
yang terjadi di wilayah tersebut adanya konflik yang terjadi antar individu itu
yaitu letak pemanfaatan lahan seperti pendirian sebuah bangunan yang didirikan
oleh salah satu kelompok orang yang ingin membuat suatu bangunan sesuai
dengan keinginannya yaitu membangun salah satu rumah untuk dijadikan sebagai
tempat tinggal, akan tetapi bangunan tersebut tidak sesuai dengan bentuk- bentuk
keinginan bersama dengan orang lain atau tidak sesuai dengan keinginan pihak
yang lain. Seperti yang ada di daerah kelurahan Tanjung Sari tersebut, dimana
adanya orang atau individu yang membeli lahan akan tetapi lahan tersebut berada
di samping yang lahannya masih lahan pertanian sampai yang sekarang ini.
Dibangunnnya sebuah rumah yang berdekatan dengan lahan pertanian yang masih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diolah olehsebagian kecil masyarakat yang ada di daerah kelurahan Tanjung Sari
tersebut membuat masyarakat yang masih mengolah lahan merasa jengkel dan
adanya rasa ketidak adilan karena bangunan rumah tersebut bisa berpengaruh
pada lahan sawah yang masih diolah tersebut, bangunan tersebut bisa
mengganggu lahan pertanian itu karena kebetulan terambilnya sedikit lahan
pertanian yang dimilki oleh pengolah atau pemilik lahan pertanian tersebut ketika
membangun rumah itu, hal membuat suatu bangunan itu adalah sebagai suatu
keinginan oleh pembeli lahan yang ingin membuat suatu bangunan, disini
adanya ketidak cocokan antara pendiri bangunan dengan pemilik lahan sawah,
atau saja tidak cocok karena selera untuk mendirikan suatu bangunan itu antara
pihak yang satu dengan pihak yang lainnya memang berbeda-beda, dan tentu saja
akan menimbulkan kejanggalan pada pihak lain karena tidak sesuai dengan
pemikiran pihak lain yang berada di wilayah sekitar masyarakat tersebut. Hal ini
menimbulkan konflik antar individu dan terbukti bahwa memang selera yang satu
dengan yang lainnya berbeda-beda, dengan adanya beda selera dan beda
pemikiran dalam hal mendirikan suatu bangunan- bangunan akan membuat emosi
yang memuncak dan ada hanya perselisihan yang terjadi. Bukan hanya adanya
kejangggalan yang ada diantara individu akan tetapi juga adanya rasa iri yang satu
dengan yang lainnya, jika seseorang membuat suatu bangunan yang mewah yang
mau ditempati dan dibuat sebagai tempat tinggal akan membuat yang lainnya
merasa iri, adapun rasa iri yang dimiliki oleh setiap orang juga berbeda-beda,
seperti halnya rasa iri seseorang ingin membangun rumah semewah yang dimiliki
tetangganya yang baru membangun rumah di sekitar tempat dia tinggal. Di
samping itu juga adanya rasa cemburu yang membuat seseorang itu yaitu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dibangunnnya sebuah bangunan yang dijadikan untuk berbisnis disamping
dibangunnya rumah yang mewah, seseorang yang merasa iri juga memiliki ingin
memiliki bangunan yang ingin dijadikan sebagai tempat berbisnis, rasa
kecemburuan seseorang semakin tinggi.
Hal kecemburuan atau keirian yang dimiliki setiap individu yang ada di wilayah
tersebut itu adalah rasa cemburu ingin memiliki apa yang sudah dimilki oleh
orang lain.
2.6.3 Konflik Antar Kelompok Masyarakat
Konflik pemanfaatan lahan yang menimbulkan konflik antar kelompok
masayarakat seperti yang ada di wilayah tersebut, banyak lahan pertanian di satu
sisi dan di sisi lain mulai banyak pembangunan perumahan maupun nonperumahan, maka konversi pemanfaatan lahan pertanian menjadi bentuk
pemanfaatan non-pertanian tidak dapat dihindarkan sepenuhnya dan akan terjadi
secara intensif. Makin dekat ke lahan kekotaan terbangun, maka makin intensif
proses konversi yang terjadi.Seperti yang ada di wilayah tersebut adanya benturan
kepentingan antar kelompok penduduk yang bertempat tinggal di kompleks
perumahan baru dengan kelompok penduduk yang tinggal dekat dengan lahan
pertanian atau lahan persawahan yang masih ada di wilayah tersebut.
Pembangunan kompleks perumahan yang dilakukan di banyak lahan
pertanian inilah yang membuat banyak masyarakat sekitar memacu terjadinya
konflik yang semakin memuncak dan semakin lama hal ini sering dijumpai
terutama seperti yang ada di wilayah tersebut. Pembangunan tersebut membuat
dampak yang negatif bagi lahan persawahan yang dimiliki oleh sebagian kecil
masyarakat yang masih mengolah lahan pertanian tersebut, seperti pembuangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
air limbah rumah tangga ke saluran irigasi, makin banyaknya hewan piaraan yang
menggangu tanaman, sehingga mengurangi kuantitas produksi maupun
produktivitasnya.
Penghuni perumahan yang elite tersebut juga merasa sok elite dengan gaya
hidup yang terkadang bertentangan dengan norma-noram religius, sosial dan
kultural masayarakat setempat sangat potensial memicu konflik antar kelompok
masyarakat, yaitu terjadinya konflik secara perlahan antar pennghuni rumah yang
mewah dengan kelompok masyarakat petani di sekitar perumahan yang ada di
wilayah tersebut. Penghuni perumahan yang elite dengan petani yang masih ada di
sekitar perumahan wilayah tersebut memang sangat berbeda dalam arti pemikiran
yang tinggal di perumahan yang elite itu ada kalanya bersikap sombong dalam hal
memandang orang petani yang tinggal di sekitar perumahan yang elite dan ada
kalanya tidak mempedulikan bagaimana kondisi lahan pertanian yang ada di
daerah sekitar dia tinggal terutama lahan pertanian attau lahan persawahan yang
berada di daerah mereka tinggal.
Seperti pembuangan limbah pada irigasi air untuk kebutuhan persawahan
yang dimiliki masyarakat petani tersebut itu bisa menyiksa atau merugikan bagi
masyarakat yang mengolah lahan sawah tersebut, karena air limbah yang datang
dari berbagai perumahanyang elite itu tidak sesuai dengan kebutuhan pertanian
terutama lahan persawahan yang ada di sekitar perumahan. Lahan persawahan
yang dimiliki oleh masyarakat petani semakin lama semakin banyak keluhan
terutama keluhan yang sering dilakukan oleh petani yang masih mengolah lahan
pertanian di wilayah tersebut walaupun hanya tinggal sedikit.
Seperti yang dipaparkan oleh salah satu informan:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“ ai songonanma, tambah leleng tambah godangdo akka jolma on na
mambahen jabuna na mewah-mewah, tambah leleng tambah soppit akka tano on
apalagi tano nami on nai, tambah leleng tambah soppit, gabe tersiksa tanonami
on dikelilingi akka jabu ni namorai poang, gabe susah hami mandapot aek na
cocok tu eme nami on, hape holan tano na sajokkal on nama siolahon dabah.
Adong musema on akka na tinggal dijabu na mewah on akka siginjang
roha dang perduli tu iba nalagi bertani on, olodo halakon asal mambolokkon aek
limbah ni halaki tu hauma nami on, halaki kadang dang parduli tu halak
sekitarna”.
“ Seperi inilah, makin lama makin banyak orang yang membangun rumah
terutama rumah yang mewah, semakin lama semakin sempit lahan pertanian
kami, jadi tersiksa lahan pertanian kami terutama lahan persawahan yan masih
kami olah, yang dikelilingi rumah-rumah yanag mewah dan bangunan yang
lainnnya, jadi susah untuk mendapatkan air yang cocok untuk sawah kami ini,
hanya lahan yang sedikit inilah yang kami punya tapi beginilah orang-orang kaya
yang tinggal di wilayah ini, mereka tidak peduli dengan masyarakat yang masih
mengolah lahan sawah walaupun tinggal sedikit, adalah orang ini yang berlagak
sombong dan tidak peduli antar sesama, tapi ya sudahlah suka- suka mereka lah
disitu walaupun agak kesal dikit mau gimana lagi lah...”.
Hal ini sering terjadi karena semakin banyak masyarakat yang datang
serta melakukan atau membangun perumahan yang elite di sekitar lahan
persawahan yang masih ada di daerah ini, maka akan semakin tersiksa juga lahan
pertanian karena sudah lebih banayak untuk yang sekarang ini lahan nonpertanian daripada lahan pertanian.
Seiring dengan berjalannya waktu hal ini sudah memang tidak bisa
dicegah lagi dan masyarakat petani yang ada di sekitar perumahan elite tersebut
tidak bisa berbuat apa- apa yang ada hanya kekesalan karena lahan pertanian yang
mereka olah itu hanya bisa tersiksa dan tidak bisa mendapat kebutuhan yang
sesuai dengan kebutuhan lahan persawahan yang masih diolah oleh sebagian kecil
masyarakat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Benzer belgeler

kajian potensi produksi padi pada lahan sawah irigasi di kabupaten

kajian potensi produksi padi pada lahan sawah irigasi di kabupaten senang dengan dekatnya tempat tinggal mereka dengan kedua orang tuanya. Pemberian pembagian lahan yang diberikan oleh ibu Sani kepada kedua anaknya yaitu Tuti dan Susi karena ibu Sani memang berhar...

Detaylı

kasus pembunuhan

kasus pembunuhan “Lahan pertanian yang kami tanami seperti sayur, padi dan yang lain-lainnya, akan tetapi biasanya yang kami tanami itu adalah padi, itusudah dari dulu, dan banyak juga kawan-kawan atau tetangga yan...

Detaylı

Financial Mastery

Financial Mastery “Lahan pertanian yang kami tanami seperti sayur, padi dan yang lain-lainnya, akan tetapi biasanya yang kami tanami itu adalah padi, itusudah dari dulu, dan banyak juga kawan-kawan atau tetangga yan...

Detaylı